Hukum alam dan peranan Tuhan


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Alam semesta dan fenomena-fenomena yang tampak darinya, memang selalu menjadi sebuah pertanyaaan besar yang manusia dari zaman ke zaman, berusaha untuk memahaminya. Sejarah merekam jejak perkembangan manusia dari peradaban yang sangat kental akan kepercayaan dinamisme dan animisme. Berbagai fenomena alam seperti petir, badai, hujan, gerhana bulan dan matahari dipercaya merupakan akibat dari kekuatan supranatural, dan menghasilkan kisah mitos tentang dewa-dewa Sedangkan bertahun-tahun setelahnya, dimulai dari era para filsuf, hingga ilmuwan-ilmuwan yang mengembangkan dan menghasilkan berbagai teori tentang dinamika alam tersebut mampu merasionalkan fenomena yang terjadi di alam raya ini. Sehinga satu persatu asumsi tentang kekuatan supranatural dapat terbantahkan dengan ilmu pengetahuan.
Walaupun demikian, manusia khususnya ilmuwan masih mempertanyakan apakah alam semesta ini tercipta dengan sendirinya atau diciptakan oleh sesuatu. Apakah alam semesta ini merupakan manifestasi dari eksistensi kekuatan supranatural atau kita sebut dengan Tuhan atau merupakan sistem yang memang demikian sejak pertama kali ada?

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan hukum alam?
2.      Apa yang dimaksud dengan sunnatullah?
3.      Bagaimana teori-teori mengenai hukum alam?
4.      Bagaimana peran Tuhan dalam alam semesta?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui arti dari hukum alam
2.      Mengetahui arti dari sunnatullah
3.      Memahami teori-teori mengenai hukum alam
4.      Memahami peran Tuhan dalam alam semesta



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sunnatullah atau Hukum Alam
Kata sunnatullah terdiri dari dua kata yaitu sunnah dan Allah. Sunnah berarti kebiasaan, jadi sunnatullah berarti kebiasaan-kebiasaan Allah dalam memperlakukan masyarakat. Apa yang dinamai hukum-hukum alam pun adalah kebiasaan-kebiasaan yang dialami manusia. Sunnatullah dapat juga berarti hukum-hukum Allah, undang-undang keagamaan yang ditetapkan oleh Allah yang termaktub di dalam al-Qur’an, dan hukum kejadian alam yang berjalan secara tetap dan otomatis.
Sunnatullah mempunyai tiga sifat, yaitu:
1.      Pasti (exact), maksudnya hukum itu pasti berlaku, tidak boleh tidak. Orang yang berbuat kebajikan beramar ma’ruf nahi munkar pasti mendapat pahala dan buah dari amalnya itu. Demikian juga sebaliknya.
2.      Obyektif, maksudnya hukum itu berlaku kepada apa dan siapa saja. Semua batu yang diangkat kemudian dilepas, sekalipun batu permata ia jatuh juga.
3.      Tetap, maksudnya hukum Allah tidak pernah berubah sejak penciptaan alam semesta ini, dan tidak akan berubah sampai hancurnya alam ini.
Dalam menjalankan sunnatullah, terdapat dua macam, yaitu:
1.      Terpaksa (karhan): suka atau tidak suka manusia harus menerimanya sekalipun terpaksa. Misalnya, manusia bernafas dengan udara tidak bisa dengan air, bernafas melalui hidung, makan dan minum melalui mulut dsb.
2.      Sukarela (thau’an): Allah Swt. membuat peraturan sebagai sunnatullah yang tidak akan diubah seperti makan dan minum yang halal, jangan berzina tapi menikahlah, dsb.
Sunnatullah berlaku pada setiap makhluk Allah, baik yang beriman maupun tidak beriman, berbeda dengan syari’atullah yang hanya berlaku pada orang mukmin. Hakikatnya, manusia sebagai bagian dari alam semesta mempunyai dua sisi, yaitu jasmani dan rohani. Jasmani mereka sepenuhnya tunduk dan taat kepada sunnatullah, sebab apapun agama mereka, mereka takluk kepada gaya gravitasi dan hukum pertumbuhan manusia. Sedangkan sisi rohani mereka berbeda-beda, hanya yang berimanlah yang taat kepada syari’atullah.
            sunnatullah dan hukum alam berarti sama, hanya saja ruang bahasannya yang bebeda. hukum alam adalah bahasan tentang kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di alam semesta dalam lingkup ilmuwan dan filsuf.[1]
B.     Teori-teori mengenai Hukum Alam (The Law of Nature)
Alam semesta ini dinyatakan oleh Stephen Hawking adalah seperti sebuah mesin yang diatur oleh prinsip-prinsip atau hukum-hukum, yang tidak dapat dimengerti oleh pikiran manusia. Itulah Hukum alam. Hukum yang mengikat segala yang ada di alam semesta dan mendeskripsikan bagaimana seharusnya sesuatu bekerja dalam waktu lampau, sekarang maupun masa depan. Dalam stabilitas alam semesta ini, terdapat 4 gaya fundamental , yaitu :
1.      Gaya Nuklir Kuat : Kekuatan Raksasa Di Dalam Inti
Kita melihat bahwa semua yang ada di sekitar kita, termasuk diri kita sendiri disusun oleh atom-atom, dan atom-atom ini mengandung banyak partikel. Lalu, apakah gaya yang tetap menyatukan semua partikel yang membentuk inti atom itu? Gaya yang menjaga inti tetap utuh, dan yang merupakan gaya paling dahsyat menurut hukum-hukum fisika, adalah “gaya nuklir kuat”.
Gaya ini menjaga proton dan netron dalam inti atom tetap di tempatnya. Inti atom dibentuk dengan cara demikian. Gaya ini sangat kuat sehingga nyaris menyebabkan proton dan netron dalam inti saling berikatan. Inilah sebabnya partikel-partikel kecil yang memiliki gaya ini disebut juga “gluon” yang dalam bahasa Latin berarti lem.

2.      Gaya Nuklir Lemah : Sabuk Pengaman Atom

Salah satu faktor penting yang menjaga keteraturan di muka bumi ini adalah keseimbangan di dalam atom. Keseimbangan ini menjaga agar segala sesuatu tidak tiba-tiba terurai atau memancar-kan radiasi berbahaya. “Gaya nuklir lemah” ber-tanggung jawab atas keseimbang-an antara proton dan netron dalam inti atom. Gaya ini memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan inti yang mengandung sejumlah besar netron dan proton.
Sembari keseimbangan ini dijaga, sebuah netron, bila dibutuhkan dapat berubah menjadi proton. Karena jumlah proton dalam inti di akhir proses berubah, atom berubah pula dan menjadi atom yang lain.

3.      Gaya Elektromagnetik : Gaya yang Menjaga Elektron Tetap  pada Orbitnya
Penemuan gaya ini mengantarkan kita pada era baru dalam dunia fisika. Baru pada saat itulah dipahami bahwa setiap partikel mengan-dung “muatan listrik” menurut karakteristik strukturnya masing-masing dan bahwa ada gaya di antara muatan-muatan listrik ini. Gaya ini membuat partikel-partikel yang bermuatan listrik berlawanan saling tarik dan partikel-partikel bermuatan sama akan saling tolak, sehingga menjamin proton dalam inti atom dan elektron yang mengorbit di sekelilingnya tarik-menarik. Dengan cara ini, “inti” dan “elektron”, dua elemen dasar atom, tetap di tempat mereka.
Perubahan kekuatan sekecil apa pun pada gaya ini dapat menyebab-kan elektron-elektron terlepas jauh dari inti atau melekat pada inti. Dalam kedua kasus ini, atom tidak mungkin terbentuk, sehingga alam semesta pun tidak ada. Tetapi, sejak momen pertama gaya ini terbentuk, proton-proton dalam inti menarik elektron dengan besar gaya yang tepat dibutuhkan untuk pembentukan atom.
4.      Gaya Gravitasi : Gaya yang Menjaga Alam Semesta Tetap Utuh
Gravitasi adalah satu-satunya gaya yang dapat kita rasakan sehari-hari, namun sedikit sekali yang kita ketahui tentangnya. Gaya gravitasi sesungguhnya disebut “gaya tarik massa”. Gaya ini paling lemah dibandingkan gaya lainnya, namun karena gaya inilah, massa-massa yang sangat besar tarik-menarik. Gaya inilah yang membuat galaksi dan bintang-bintang di alam semesta tetap berada pada orbitnya masing-masing. Bumi dan planet-planet lain tetap di dalam orbit tertentu mengi-tari matahari, sekali lagi karena adanya gaya gravitasi. Kita dapat berjalan di atas bumi karena gaya ini. Bila ada pengurangan dalam nilai gaya ini, bintang-bintang akan jatuh, bumi akan keluar dari orbitnya, dan kita akan bertebaran ke luar angkasa. Bila nilainya lebih besar sedikit saja, bintang-bintang akan bertabrakan, bumi akan bergerak menuju matahari, dan kita akan melesak ke dalam kerak bumi. Walaupun tampak kecil sekali kemungkinan ini bagi Anda, semua itu tidak akan terelakkan bila gaya ini bergeser dari nilainya yang sekarang sekalipun hanya untuk sesaat.

C.     Peranan Tuhan dalam Realitas Alam Semesta
Alam  yang kita pahami tidak sesuai dengan paham yang mereka yakini, bahkan cara yag datang secara kebetulan menurut versi mereka sangat berlainan dengan versi kebetulan menurut kita.
Alam bagi mereka memiliki fungsi keagungan tersendiri. Sehingga orang-orang yang berbicara tentang alam dan memerikan interpretasi kalimat tersebut sesuai dengan akal mereka, pasti akan mengetahui alam hanya nama yang tidak dapat memberikan keterangan apapun. Namun, mereka akan tetap mempertahankannya meskipun untuk itu mereka harus mencuri sifat-sifat Allah. Setelah itu mereka akan membiarkan makna yang tergantung di dalamnya menjadi samar dan tidak dapat diketahui dengan jelas.
Allah berfirman dalam Al-Quran, “Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir[2]
Menisbatkan segala sesuatu dan fenomena yang ada pada unsur-unsur penyebabnya merupakan sesuatu yang tidak dapat kita bantah lagi. Akan tetapi, yang harus disangkal disini adalah keyakinan sebagian orang tentang keabsolutan unsur-unsur penyebab tersebut sehingga unsur-unsur penyebab dijadikan sebagai unsur satu-satunya yang akan melahirkan akibat yang akan ditimbulkan.
Sebagian orang ada yang beranggapan seandainya unsur-unsur penyebab tersebut tunduk pada kehendak Tuhan, kehendak tersebut akan berjalan dengan sendirinya, tanpa harus membutuhkan unsur penyebab. Padahal, dengan adanya unsur-unsur penyebab tersebut, kekuasaan dan kehendak Allah hanyalah unsur yang akan ikut masuk ke dalam permasalahan tersebut. Yang harus kita perhatikan adalah hikmah dari realitas alam tersebut, diantaranya :
1.      Berbagai unsur penyebab itu telah mebukakan jalan di hadapan manusia agar mereka dapat berinteraksi dengan seluruh makhluk hidup dan merasa tenang dengan sunnatullah yang berlaku di sekelilingnya

2.      Unsur-unsur penyebab itu juga dapat dijadikan manusia tempat berdiam sejenak untuk berpikir tentang berbagai tanda yang telah digambarkan oleh Allah melalui seluruh alam dan diri manusia sendiri. Bagaimana ada unsur-unsur penyebab yang saling mendahului? Antara satu unsur penyebab dan unsur lainnya saling memiliki keterkaitan dan tercipta diantara bagian-bagiannya serta seakan-akan semua unsur tersebut berjalan selaras dan harmonis.

3.      Berbagai unsur penyebab tersebut telah membukakan pintu di hadapan manusia agar mereka beriman terhadap alam immateri (gaib). Berbagai sunnatullah inilah yang akan memperlihatkan mukjizat Allah kepada manusia. Mukjizat itu merupakan dalil paling tinggi yang dapat membuktikan hukum alam ini tunduk pada kehendak Allah Swt. oleh karena itu, sekalipun manusia memiliki ilmu dan kemampuan yang banyak, ia tidak dapa mengubah hukum alam yang telah berlaku meskipun hanya sekali. Akan tetapi, ketika datang mukjizat, alur hukum dapat berubah dengan seketika. Semua itu dapat diyakini melalui beberapa bukti.

-    Berbagai unsur penyebab ini tidak memiliki dalil rasional, tetapi diyaikini dengan dalil realitas
-    Yang mampu mengubah semua alur dari unsur-unsur penyebab tersebut hanya zat yang menguasainya.
-    Ketika berbagai unsur penyebab tersebut menjalani aktivitasnya secara normal, ia tidak akan keluar dari kehendak Allah Swt.
-    Semua utusan Allah yang datang membawa mukjizat dan ajaran dari sisi-Nya diyakini sebagai manusia-manusia jujur yang dipercaya.[3]



Seorang ahli fisika terkemuka, Paul Davies, menyatakan kekaguman-nya terhadap penetapan nilai-nilai hukum-hukum fisika yang berlaku di alam semesta. Bila seorang melanjutkan studi kosmologi, keingintahuannya bertambah. Temuan-temuan tentang sejarah kosmos membuat kita menerima bahwa perluasan alam semesta telah diatur dalam gerakannya dengan ketepatan yang sangat mengagumkan
Rancangan agung dan keteraturan sempurna yang berlaku di seluruh alam semesta dibangun di atas pondasi yang disediakan gaya-gaya fundamental ini. Pemilik keteraturan ini, tanpa keraguan, adalah Allah, yang menciptakan segala sesuatu tanpa cacat. Allah, Raja seluruh alam, menjaga bintang-bintang tetap berada di orbitnya dengan gaya-gaya terlemah, dan menjaga keutuhan inti atom dengan gaya-gaya terkuat. Semua gaya bekerja sesuai dengan “ukuran” yang telah Dia tentukan. Allah menujukkan keteraturan dalam penciptaan alam semesta dan keseimbangan “yang ditetapkan dengan serapi-rapinya” dalam salah satu ayat-Nya:
“Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia mene-tapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS. Al Furqan, 25: 2).



[1] Muchlis M. Hanafi, TafsirAl-Qur’an Tematik (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an, 2011), hlm. 40
[2] QS Al:-Nahl :83
[3] Muhammad Izzuddin Taufiq.  Dalil Afaq Al-Quran dan Alam Semeta (Solo: Tiga Serangkai, 2006) hlm. 58

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dzahir dan Ta'wil dalam studi ilmu ushul fiqih.

Tafsir Maudhu'i dalam perkembangan ilmu tafsir

Makalah metode tafsir Ijmali dalam studi Ilmu Tafsir