sejarah sains dalam islam
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................
DAFTAR
ISI.................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN............................................................
A. Sejarah Sains Zaman Klasik
B. Sejarah Sains Zaman Pertengahan
C. Sejarah Sains Zaman Moderen
D. Tokoh-tokoh Pemikir Islam dalam bidang Sains
BAB III PENUTUP...................
A. Penutup
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sains dalam peradabannya sampai saat ini telah melewati beberapa
tahap dan berbagai kemajuan. Tak sedikit pula orang-orang yang memiliki peran
penting dalam sejarahnya. Sejarah sains telah berawal sejak zaman Rasulullah
SAW. wafat. Sains dalam islam sendiri telah menunjukan eksistensinya sejak
lama. Ia masuk dari berbagai penjuru dunia, terutama India dan Yunani, melalui
penerjemahan naskah-naskah ilmiah yang mereka cari dan berbagai tempat dan
mereka simpan dalam koleksi mereka.
Dalam
masing-masing masanya, sains dapat dilihat dengan jelas perkembangan dan
asal-usulnya. Kekurangan dan kelebihannya menjadikan perkembangan sains sangat
diperhatikan pada masa sekarang. Mulai dari bahan pembentuk sains itu sendiri,
lalu prosesnya, cara kerja, hingga hasil yang didapat dari berbagai fenomena
sains.
Sains lahir
mulai dari coba-mencoba, ketidakpuasan manusia, dan akal fikiran manusia yang
terus berkembang. Pada zaman modern sekarang ini telah banyak kemajuan sains
yang kita rasakan. Banyaknya manfaat baik yng dihasilkan dari perkembangan
sains ini membuat manusia zaman sekarang menjadi manja, sampai dampak
negatifnya pun selalu dikaitkan hingga pada kadar agama.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Sains Zaman Klasik
Secara historis periode Islam klasik terjadi pada tahun 650-1250 M,
dimulai sejak setelah Rasulullah wafat sampai zaman kerajaan islam.
Sains masuk kedunia Islam tidak terlalu lama setelah Nabi kita,
Muhammad SAW. meninggal dunia. Ia masuk dari berbagai penjuru dunia, terutama
India dan Yunani, melalui penerjemahan naskah-naskah ilmiah yang mereka cari
dari berbagai tempat dan mereka simpan dalam koleksi mereka.
Sebenarnya disiplin ilmiah pertama yang digemari oleh para penguasa
pada masa itu adalah sains yang berimplikasi praktis, seperti alkemi, astrologi
dan kedokteran. Alkemi sangat penting bagi mereka (terutama para penguasa),
karena bisa menghasilkan berbagai unsur kimia yang sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, seperti untuk pembuatan sabun, minyak wangi bahkan
sebagai eliksir. Salah seorang penguasa yang dikenal mengabdikan dirinya pada
studi alkemi adalah Mu’awaiyah bin Yazid.
Astrologi adalah sejenis ilmu yang sangat diperlukan oleh para
penguasa, bahkan bisa sangat menetukan langkah-langkah besar apa yang harus
diambil oleh mereka, terutama dalam keadaan yang genting, seperti mengadakan
perang ataupun pengangkatan penguasa baru. Salah satu penguasa yang menerapkan
ilmu ini adalah Al-Ma’mun.
Sedangkan kedokteran sangat diperlukan oleh para penguasa, terutama
untuk memelihara kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya agar
pelaksanaan dan penyelenggaran Negara dapat dijamin. Dikatakan bahwa kedokteran
merupakan cabang dari fisika, dan memanfaatkan pengetahuan ilmu fisik ini untuk
kepentingan pemeliharaan kesehatan manusia.[1]
B.
Sejarah Sains Zaman Pertengahan
Sejarah Islam abad pertengahan menjadi empat periode yang agak berbeda,
sebelum tahun 750 (periode genesis), 750-1000 (periode
Abbasiyah klasik), 100-1250 (zaman pertengahan awal), dan 1250-1500 (zaman
pertengahan akhir).
Pada periode klasik, fokus keilmuan terhadap sains dan filsafat
dilakukan melalui penerjemahan buku-buku sains dan filsafat oleh para
penerjemah yang mayoritas bukan muslim. Namun beda hal nya dengan abad
pertengahan. Menjelang abad pertengahan awal, upaya penerjemahan telah
terselesaikan. Sains dalam peradaban Islam kini memasuki fase perkembangannya.
Berkebalikan dengan periode awalnya, zaman Pertengahan ditandai dengan
tampilnya para theolog di bidang ilmu pengetahuan, sehingga
aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Sebagian
besar cendekiawan di daratan Islam kini adalah muslim, seperti Ibn al-Haytsam,
al-Biruni, Omar Khayyam, dan Nasir al-Din Thusi.[2]
C.
Sejarah Sains Zaman Modern
Secara Historis, Sains Modern masuk ke wilayah muslim bersamaan
dengan kolonialisme yang dibawa kekuatan barat. Sebagai ilustrasi, kita bisa
melihat sekilas salah satu tanggapan muslim yang amat populer dalam diri
seorang pembaharu islam abad ke 19, Sayyid Jamaluddin Al-Afghani (1838 – 1897)
sejarah hidup Al-Afghani adalah sejarah pertemuan islam dan barat dalam
pergerakan abad ke 19 yang keras, ketika dunia islam telah kehilangan masa
kejayaan, ditundukkan oleh barat. Aspirasi terbesar oleh Al-Afghani adalah
kebangkitan dari kekalahan demi kekalahan militer, politik, dan ekonomi. Di
satu sisi ada pertentangan (militer atau filosofis) dengan barat, terhadap
sumber sains modern : disisi lain ada aspirasi untuk penguasaan sains modern
demi bangkit dari kepurukan itu dan mengulang sejarah panjang kegemilangan
sains dalam peradaban islam awal. Aspirasi ini demikian kuatnya hingga ia
melontarkan ungkapan “sains menguasai dunia. Tidak aka nada dan tidak akan
pernah ada penguasa dunia lain selain sains”. Ungkapan Bacon ini tidak lahir
seperti hal nya dalam kasus Francis Bacon, dari refleksi filosofis tapi dari
kepahitan al-Afgani melihat kekalahan bangsanya.[3]
D.
Tokoh-tokoh Pemikir Islam di Bidang Sains
1)
Ibnu Sina
Ibnu Sina selain dikenal sebagai filosof Muslim, dikenal juga
sebagai ilmuan dalam bidang ilmu kedokteran. Dia
bernama lengkap Abu Ali Al-Husin bin Abdullah bin Sina. Dilahirkan di desa
Avansa dekat provinsi Bukhara-sekarang Uzbekistan, Persia pada tahun 370 H (980
M) dari seorang ayah asli Balkan, wafat pada tahun 428 H (1037 M) di
Hamdzan-sekarang Iran, dalam usia 58 tahun.
Karya ilmiyahnya yang di dunia Barat dikenal dengan sebutan Canun,
menjadi buku teks standar ilmu
kedokteran di universitas – universitas , baik di dunia islam ataupun di dunia
non islam (Barat). Di dunia barat, ia dikenal sebagai dokter dan politikus.
Ilmu politik sudah di perkenalkan oleh ayahnya sejak ia kecil, sedangkan ilmu
kedokteran, ia pelajari dalam waktu 18 bulan, kemudian ia memperdalamnya secara
otodidak. Pada waktu itu, seseorang yang akan berpraktik ilmu kedokteran harus
melaui tes dan dinyatakan lulus.
Meskipun usia ibnu sina telah lanjut dan selama hidupnya berada
dalam kondisi yang sangat kritis, dia dapat membagi waktunya, sehingga berhasil
meninggalkan banyak karya tulisan dan buku yang dikarangnya. Diantara
karya-karyanya yang terkenal adalah:
a.
Al-Syifa, memuat
ilmu-ilmu kefilsafatan, seperti: logika, fisika, matematika, dan metafisika.
Untuk meringkas pembahasannya, buku ini diringkas dan diberi judul: Al-Najat.
b.
Al-Hikmah Al-Masyrikiyah, berisi tentang
ilmu logika dan filsafat orang-orang timur.
c.
Al-Qanun (Canun of Medicine), berupa ensiklopedi yang berisi tentang
rumus-rumus dan ilmu-ilmu kedokteran
Ibnu Sina adalah ilmuwan terbesar kedua di bidang
kedokteran, setelah Ar-Razi. Dia juga dikenal sebagai filsuf terbesar muslim
yang pemikirannya paling banyak berpengaruh di Barat. Bahkan sebagian buku
menyebut dia dengan gelar “Amirul Athibba’” (pemimpim para
dokter). Ibnu Sina diakui sebagai orang terbesar yang pernah dimiliki dunia.
Ibnu Sina juga merupakan orang yang pertama kali dalam
hal menemukan : kedokteran makanan dan penyakit perut, tentang penyakit ginjal
dan saluran kencing, tentang penyakit khusus wanita, tentang penyakit saraf,
tentang penyakit kejiwaan, di bidang kedokteran mata, dalam mengobati tumor,
dalam hal pembiusan, pengukuran denyut nadi, dsb.
2)
Umar Al-Khayyam
Umar Al-Khayyam, seorang ilmuan Muslim, hidup
pada abad pertengahan. Dia dikenal keahliannya sebagai ahli imu pasti juga
sebagai ilmuan di bidang astronomi, sekaligus seorang penyair yang terkenal. Dia juga dikenal sebagai peletak pondasi
pertama ilmu geometris analisis, yang selama ini dikenal penemuannya adalah
Rene Descartes. Juga merupakan orang pertama yang mengklasifikasikan
persamaan-persamaan menurut derajatnya dan batas-batas yang ada padanya,
kemudian menghimpunya menjadi 25 jenis. Sangat disayangkan karena para ilmuan Barat
menghubungkan kalsifikasi ini kepada Simon Stephen asal Belanda.
3)
Al-Biruni
Nama lengkapnya Abu Rayhan Al-Biruni, hidup
antara tahun 973-1048 M. Dikalangan Islam, ia dikeal sebagai seorang ilmuan
yang serba bisa. Dikenal sebagai ilmuan ahli falak, ilmu bumi, sejarah, ahli
obat-obatan dan juga sebagai seorang dokter. Karena itu, di dunia Islam, dia
dikenal sebagai : al-Ustadz Fil al-‘ulum (guru besar dalam berbagai ilmu
pengetahuan). Bukunya dalam ilmu matematika banyak diterjemahkan ke dalam
berbagai bahasa yang berkembang di dunia Barat (Eropa).
Diantara karyanya yang terkenal adalah kitab
Al-Atsar Al-Bakiyya’an Al-Qanun Al-Khaliyyah, kitab Tafkhim li Awa ‘i As Sina’a
At-Tanzum, Qanun Al Mas’udi fi Al Hayah wa An Nuzum.
4)
Jabir ibn Hayyan (721-815)
Para
cendekiawan barat mengakui bahwa Jabir Ibn hayyan (721-815) adalah orang
pertama yang menggunakan metode ilmiah dalam kegiatan penelitiannya tentang al-kimiyu,
yang kemduia oleh ilmuwan barat diambil alih serta dikembangkan menjadi ilmu
kimia.
Jabir yang namanya dilatinkan menjadi geber, adalah orang pertama
yang memberikan suatu bengkel dan mempergunakan tungku untuk mengolah
mineral-mineral dan mengekstrasi mineral-mineral itu menjadi zat-zat kimiawi,
kemudia mengklasifikasikannya pada beberapa bentuk zat kimia. Ini semua dia
lakukan melalui intizhar. Diantara karyanya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin adalah Book of
Composition of Al-Chemy.
5)
Muhammad Ibn Zakaria Ar-Razi (865-925)
Dalam sejarah ilmu pengetahuan yang ditulis oleh para sarjana
Eropa, disebutkan bahwa Muhammad Ibn Zakaria Ar-Razi (865-925 M) telah
menggunakan alat-alat khusus untuk melakukan proses-proses yang lazim dilakukan
oleh ahli kimia, seperti distilasi, kristalisasi, kalsinasi, dan sebagainya.
Di dunia Barat, Ar-Razi juga dikenal sebagai ahli dibidang ilmu
kedokteran, sama halnya dengan Ibnu Sina, sehingga gambaran kedua ilmuwan
Muslim ini dapat menghiasi fakultas kedokteran Universitas Paris. Ia juga
dianggap sebagai orang yang menemukan benang fontanel (yang
diapergunakan dalam ilmu bedah). Buku-buku atau tulisan-tulisannya yang beredar
di dunia Barat, lebihb dikenal dengan nama Razes, dianggap sebagai
manual atau buku pegangan laboratorium kimia yang pertama di dunia.
6)
Ibnu khaldun (1332-1406 M)
Nama lengkapnya Waliuddin Abdurrahman Ibn Khaldun
al-hamdani dari Tunisia. Dia dikenal sebagai ilmuwabn Muslim dalam bidang filsafat, sejarah, dan
sosiologi. Dunia barat mengakuinya sebagal perintis ilmu dan ahli dibidang
sosiologi modern. Bukunya yang berjudul
"Muqaddimah", merupakan bagian dari karyanya yang
terbesar. Kitab "Al-I'bar wad ad-Diwan al-mubtada wa al-khabar fi
al-ayyami al-Arabi wa al-'Ajami wa al-barbar wa man asrharahum min Dzawi
al-Sulthani al-Akbar" sampai sekarang sangat terkenal di dunia barat
dan dijadikan buku rujukan di berbagai universitas.[4]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagaimana telah kita diuraikan di atas, begitu panjang
sejarah perkembangan ilmu. Dari uraian tersebut diharapkan bisa menambah
pengetahuan kita tentang periodisasi perkembangan ilmu, tokoh-tokoh yang
berpengaruh terhadap perkembangan ilmu, karya-karya ilmuwan yang menjadi
penopang sejarah perkembangan ilmu. Selain itu juga memberikan gambaran
revolusi ilmu yang telah terjadi pada masa perkembangan ilmu ini. Dan akhirnya
kita bisa perpikir dan mengoreksi akibat yang positif dan negatif atas
perkembangan ilmu ini, dan bagaimanakah peran atau kontribusi kita untuk
perkembangan ilmu pada saat ini dan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin Zainal Bagir, 2008, Dunia, Manusia dan Tuhan,
Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Anwar Ali Yusuf, 2006, Islam dan Sains Modern,
Bandung: CV Pustaka setia
Hoodbhoy Pervez, 1997, Islam dan Sains, Bandung:
Pustaka
Kartanegara Mulyadhi, 2009, Sains dan Matematika dalam Islam,
Ciputat : Ushul Press
[1]
Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara, Sains dan Matematika dalam Islam, (Ciputat
: Ushul Press, 2009), hal.1-6
[3] Zainal Abidin Bagir, Dunia,
Manusia dan Tuhan, (Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2008), hal.58
Komentar
Posting Komentar