Makalah agama dan fungsinya.
BAB II
AGAMA dan FUNGSI NYA
A.
Agama dan fungsinya
Selain agama kita juga mengenal padanan katanya, yaitu : Ad-din dan
Religi. Agama berasal dari bahasa sanskrit, yang berarti, A=tidak, dan GAM=pergi. Jadi tidak pergi,
atau tetap di tempat, di warisi turun temurun. GAM juga di artikan dengan
tuntunan.
Din, selain yang kita ketahui berasal dari bahasa Arab, Din juga
merupakan bahasa Semit. Dalam bahasa Arab Din berarti menguasai, menundukkan,
patuh, hutang balasan dan kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Semit Din berarti,
undang-undang atau hukum. Dapun Religi berasal dari bahasa Latin. Menurut satu
pendapat asal katanya adalah Relegere, yang berarti : mengumpulkan, membaca.
Sedangkan menurut pendapat lain, Religi berasal dari Religere yang berarti_
mengikat.
Agama merupakan kumpulan cara mengabdi kepada Tuhan yang terkumpul
dalam satu kitab Suci yang harus di baca. Selain itu juga, agama mempunyai
sifat mengikat bagi manusia. Selanjutnya, dalam agama terdapat ikatan antara
Roh manusia dan Tuhan, dan selanjutnya memang mengikat manusia dan Tuhan.[1]
Sedangkan menurut istilah, defenisi agama sangat beragam,
tergantung latar belakang pendidikan, penegetahuan, pengalaman, pemahaman dan
penghayatan yang di miliki secara individu. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia
di terangkan ; agama merupakan kepercayaan kepada Tuhan (Dewa dan Lain
sebagainya), serta dengan kebaktian, da kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan itu. Menurut Nico Syakur, agama sebagai relasi dengan Tuhan sebagai
mana di hayati oleh manusia. Beliau mengutip pendapat Robert Thoules dalam An
Intoducion to the Psychologi of Religion, yang menyebutkan bahwa : Agama iyalah sikap terhadap dunia, sikap yang
menunjuk pada lingkungan yang lebih luas daripada lingkungan ini yang bersifat
ruang dan waktu, lingkungan yang lebih luas yang di maksud adalah Rohani.
Dengan demikian agama memiliki segi lahiriyah maupun Batiniyah (keyakinan,
dogma, ritus), bahkan berkaitan dengan masalah individu maupun sosial, seperti
Jum’at, zakat, haji dan sebagainya.
Agama, Din, Religi, adalah satu sistem credo (tata keimanan dan
keyakinan) atas adanya yang mutlak di luar manusia, satu sistem ritus (tata
pribadatan) manusia kepada yang dianggapnya yang mutlak, dan sistem Norma yang
mengatur hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam lainnya, sesuai
dan sejalan dengan tata keimanan dan pribadatan yang di maksud. Dengan demikian
agama ekuvalen dengan Din.
Agama dalam The
Encyclopedia of philoshophy adalah sebagai berikut :
1.
James
Martineau : Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni
kepada jiwa dan kehendak Ilahi yang mengatur alam semesta, dan mempunyai
hubungan moral dengan manusia.
2.
Herber
Spencer : Agama adalah pengakuan bahwa segala sesuatu adalah manifestasi dari
kuasa yang melampaui pengetahuan kita.
3.
Edward
Caird : Agama seseorang adalah ungkapan dari sikap akhirnya pada alam semesta,
makna dan tujuan singakat dari seluruh kesadarannya pada segala sesuatu.
Selanjutnya menurut Harun Nasution, unsur-unsur penting dalam agama
adalah :
1.
Kekuata
ghaib
2.
Keyakinan
manusia bahwa kesejahteraan di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung
pada adanya hubungan baik dengan kekuatan kebaikan yang di maksud.
3.
Respon
yang bersifat emosional dari manusia. Respon itu bisa mengambil bentuk perasaan
takut, sperti dalam agama primitif, atau perasaan cinta, seperti dalam agama
Monoteisme.
4.
Paham
adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk
kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan dalam bentuk
tempat-tempat tertentu.[2]
B.
Asal usul Agama
Asal usul agama berawal dari kebutuhan manusia sendiri terhadapnya,
mereka memiliki fitrah keagamaan. Sebelumnya, manusia belum mengenal kenyataan
ini.
Adanaya potensi fitrah beragama yang terdapat pada manusia
tersebut, dapat pula di analisis dari
istilah insan yang di gunakan oleh al-Qur’an untuk menunjukkan manusia.
Mengacu pada informasi yang di sampaikan al-Qur’an, Musa al-Asy’ari sampai pada
kesimpulan bahwa, manusia insan adalah manusia yang menerima pelajaran dari
Tuhan tentang apa yang tidak di ketahuinya. Manusia insan secara kodrati
sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna bentuknya di banding dengan ciptaan Tuhan
lainnya, sudah di lengkapi dengan kemampuan
mengenal dan memahami kebenaran serta kebaikan yang terpancar dari ciptaannya.
Lebih lanjut Musa al-Asy’ari mengatakan bahwa pengertian manusia yang di sebut
insan, yang dalam al-Qur’an dipakai untuk menunjukkan lapangan kegiatan manusia
yang amat luas adalah, terletak pada kemampuan menggunakan akalnya dan
mewujudkan konseptualnya dalam kehidupan konkret. Hal demikian berbeda dengan
Basyar yang di gunakan al-Qur’an untuk mentyebut manusia dalam pengertian
lahiriahnya yang membutuhkan makan, minum, pakaian, tempay tinggal hidup dan mati.
Bukti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi beragama
dapat di lihat melalui bukti historis dan antroplogis. Melalui bukti historis
dan antropologis kita mengetahui bahwa manusia primitif yang kepadanya tidak
pernah datang informasi mengenai Tuhan, ternyata mereka meyakini adanya Tuhan,
sekalipun Tuhan yang mereka yakini terbatas pada khayalannya. [3]
Dari banyak teori yang membahas asala usul agama, di antara
sosiolog yang mengemukakan teori asal-usul agamaadalah Dadang Kahmada dalam
bukunya sosiologi agama. Teori-teori yang di kemukakan adalah sebagai berikut :
1.
Teori
jiwa
Tokoh teori ini
adalah Edward Burnet Tarlor (1883-1917). Ia mengatakan asal mula agama adalah
kesadaran akan adanya roh atau jiwa. Roh adalah suatu bagian sari dari tiap
mkhluk yang mampu hidup terus sesudah jasadnya mati. Agama berevolusi secara
bertahap.
Tahap evolusi
agama adalah paham animisme dan dinamisme. Animisme adalah agama yang
mengajarkan bahwa tiap benda, baik yang bernyaw amaupun tidak mempunyai roh.
Bagi masyarakat primitif, roh masih tersusun dari materi yang halus yang
menyerupai uap atau udara. Roh dari benda tertentu mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan manusia, dan memberi kan sesajen kepada roh-roh yang ada di setiap
benda-benda itu untuk menyenang kan para roh. Sedang kan Dinamisme mengandung
kepercayaan pada kekuatan gaib yang misterius. Dalam oaham ini ada benda
tertentu yang mempunyai kekuatan gaib dan berpengaru pada kehidupan manusia,
kekuatan itu bersifat baik dan buruk, maka mereka memakai bneda yang bersifat
baik dan menjauhi benda yang bersifat buruk. Intinya pada tahap awal manusia
mempercayai makhlu-makhluk halus yang menempati alam tempat tinggal manusia.
Makhluk halus tersebut mampu berbuat apa yang tidak dapat di perbuat manusia,
oleh karena itu manusia menyembah dan menghormatinya dengan berbagai upacar
adan sesajen.
Tahap kedua
dari Evolusi ini adalah politeisme. Politeisme adalah kepercayaan kepada
Dewa-dewa, yang masing-masing punya tugas tertentu. Ada Dewa yang bertugas
menyinarkan cahaya, menurunkan hujan,
dan sebgainya. Mereka percaya bahwa setiap pergerakan alam ada roh yang
menggerakkan yang di sebut Dewa.
Pada tahap
terahir adalah paham monoteisme. Masyarakat mulai sadar bahwa semua Dewa pada
hakikat nya adalah penjelmaan dari satu Dewa tertinggi, kemudian lahir
kepercayaan kepada Tuhan yang maha Esa. Dalam monoteisme, kekuatan gaib atau
supranatural di anggap sebagai satu zat yang berkuasa dengan mutlak dan buka
lagi sebgai satu zat yang menguasai fenomena natur seperti halnya dalam paham
animisme dan dinamisme.
2.
Teori
batas akal
Awal mula dari
teori ini di sebabkan dari manusia yang tidak mampu menyelesaikan semua
persoalannya dengan akal, karena akal dan pengetahuan mempunyai batas, dan batas
ini akan berkembang lebih luas seiring majunya perkembangan ilmu teknologi dan
budaya. Pada msa itu budaya manusia sangat sederhana dan batas akal mereka
masih sempit, jadi mereka merasa ada hal-hal gaib di luar batas akalnya yang
mampu untuk memecahkan masalah. Lambat lalun mereka menyadari bahwa perbuatan
magicnya tidak berhasil, lalu mereka mempercayai bahwa alam ini di huni oleh makhluk-makhluk halus yang lebih
berkuasa dari manusia. Maka mereka berusaha menciptakan hubungan baik dengan
makhluk halus yang mendiami alam ini. Dengan demikian hubungan baik menyebabkan
manusia mempercayakan nasib nya kepada kekuatan yang di anggap lebih darinya.
Maka dari sini lah agama bermula.
Teori ini
berasal dari ilmuan Inggris, James G. Farzer. Menurut Frazer ada perbedaan
magic dengan religi. Magic adalah segala sistem perbuatan dan sikap manusia
untuk mencapai maksud dengan menguasai dan menggunakan kekuatan dan hukum-hukum
gaib yang ada di alam ini. Sedang Religi adalah segala sistem kepercayaan dan
sistem perbuatan manusia untuk mencapai suatu maksud dengan menyandarkan diri
kepada kemauan dan kekuasaan Tuhan, makhluk halus, Roh, atau Dewa yang di
anggap menguasai alam.
3.
Teori
kekuatan Luar Biasa
Tokoh teori ini
adalah T.R. Marret. Teori ini mngatakan bahwa pangkal dari segala kelakuan ke
agamaan di timbulkan karena suatu perasaan rendah terhadap gejala-gejala dan
peristiwa-peristiwa dalam kehidupan manusia (ada kekuatan supranatural).
Kepercayaan inilah yang di sebut Animisme dan Dinamisme. Hal ini adalah bentuk
preanisme dalam agama, yaitu yang mempercayai bahwa fenomena-fenomena yang
muncul di alam, seperti hujan, dan angin adalah Tuhan yang layak di sembah.
4.
Teori
Sentimen kemasyarakatan
Tokoh dari
teori ini adalah Emile Durkheim. Menurut teori ini, agama muncul sebagai akibat
getaran dan rasa emosi jiwa manusia sebagai makhluk yang bermasyarakat.
Sentimen kemasyarakatan yang muncul dalam manusia ada rasa terikat, timbul rasa cinta dan lambat
laun menjadi satu agama. Agama bukan lahir dari anggapan tentang wujud
supranatural, tapi sebagai kesatuan masyarakat.
5.
Teori
Revelasi (Teori Wahyu)
Tokoh teori ini
adalah Andrew Law. Teori ini menyatakan bahwa kelakuan keagmaan pada manusia
itu terjadi karena ada wahyu dari Tuhan. Bahwa agama berasal dari perintah Tuhan yang Iya wahyukan melalui
utusan Nya, agama seperti ini di kenal dengan sebutan agama Samawi. Dengan
demikian bagaimana agama tumbuh pertama, ada beberapa hipotesis yang di ajukan
mengenai pertumbuhan agama, di antaranya :
a.
Agama
adalah produk rasa takut dari alam, gelegar guruh, debur ombak, dan sebagainya.
b.
Agama
adalah produk kebodohan, tidak berhasil mengenal sesuatu yang bersifat
metafisik.
c.
Pendambaan
akan keadilan dan keteraturan. Motivasi keterikatan manusia kepada agama karena
menyaksikan ke dzaliman.
d.
Hipotesis
kaum Marxis. Selama msih ada kelas-kelas dalam masyarakat, agama tidakakan
hilang.
e.
Hipotesis
Freud. Faktor yang mendorong timbulnya agama adalah penekanan dan pelarangan
seksual.[4]
C.
Macam-macam agama
1.
Agama
Samawi
Agama samawi adalah agama yang turun dari langit, alias datang
langsung dari Tuhan pencipta alam semesta. Agama ini di bekali kitab suci yang
juga di turunkan oleh Tuhan (bukan buatan makhluk.
Agama Samawi terdiri dari Yahudi, yang di bawa oleh Nabi Ibrahim,
Nashrani yang di bawa oleh Nabi Isa, serta penyempurna agama Samawi di muka
Bumi yang di bawa oleh Nabi besar Muhammad SAW, agama Islam.[5]
Tiga agama ini banyak memiliki kesamaan, Yahudi sebagai pionir
hadirnya agama yang di mulai oleh ajaran Abraham, ajaran yang di yakini sebagai
pilar agama Yahudi. Yahudi menjadikan Musa sebagai tinggak dalam menjalankan
iman. Lalu Isa di jadikan oleh Nashrani sebagai panutan bagi pengikut Nashrani.
Lalu belakangan Islam datang dengan Muhammad sebagai Rasul untuk melengkapi dan
menyempurnakan keyakinan dan kepercayaan masa lalu. Sumbernya sama, yaitu
Abraham sebagai bapak Monoteisme.[6]
Sebagai mana
firman Allah SWT . surah al-Imran ayat 84.
قل أمن بالله وما أنزل على إبرهيم وإسحقاق
ويعقوب والاسبط وما أتي موسى وعيسى والنبيون مربهم لانفرق بين أحد منهم ونحن له
مسلمون
Artinya :
katakan lah kami percaya apa yang di turunkan kepada kami, kepada apa yang di
turunkan kepada Ibrahim, serta suku-suku bangsa lain dan kepada apa yang di
turunkan kepada Musa, Isa, serta Nabi-nabi lain dari Tuhan mereka. Kami tidak
mengadakan perbedaan antatra mereka dan kami menyerahkan diri kepada Nya.
Kedatangan Islam sebagai agama baru tidak serta merta membuat
kepercayaan lama hilang begitu saja. Penganut Yahudi dan Nashrani yang yang
lebih dulu hadir, tidak serta merta musnah dengan kedatangan Islam. Hal yang
sama terjadi ketika penganut Yahudi tidak serta merta berpindah menjadi
penganut Nashrani ketika kabar tentang Yesus atau Isa datang.
Ada persamaan antara Tuhan yang Maha Esa antara Nashrani dan Islam,
dimana Nashrani yang datang terlebih dahulu sebelum Islam menyebut Tuhan
sebagai Allah. Sedang kan Yahudi tidak mempunyai nama pemanggilan yang baku.
Yahwe, YHWE, Yahova dan sebagainya. Yahudi memandang Tuhan sebagai diskursus
yang bebas dan tidak di batasi.[7]
2.
Agama
Ardli, Alamiah / Budaya
Agama yang di ciptakan oleh manusia dan berkembang dari pemikiran
masyarakat di suatu tempat tertentu. Perbedaannya agama Samawi dengan alamiah
ini adalah : kalau agama Samawi, semua peraturan keagamaan secara garis besar
di turunkan oleh Tuhan untuk di jalankan kepada seluruh pemeluk agama Samawi,
maka dalam agama Alamiah ini hal itu tidak berlaku, karena segala sesuatu nya
di tentukan oleh segelintir orang atau makhluk tertentu yang mereka yakini
kesaktiannya. Contoh agama Alamiah adalah Hindu, Budha, dan Khonghucu.[8]
v Hindu
Agama Hindu [sanskerta : sanatana Dharma “kebenaran abadi” atau
dalam istilah lain Vaidika Dharma (pengetahuan kebenaran)] adalah sebuah agama
yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama
Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama
ini di perkirakan muncul tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama
ketiga terbesar di Dunia setelah Agama Kristen dan Islam, dengan jumlah
ummatnya hampir dua milyar jiwa.
Dinamakan agama Hindu, karena di dalamnya mengandung adat istiadat,
budi pekerti, dan gambaran kehidupan orang-orang Hindu. Agama ini juga di
namakan agama Brahmana yang wujudnya sejak permulaan abad ke-8 SM, yaitu suatu
kekuasaan yang besar yang miliki daya pengaruh tersembunyi yang memerlukan
amalan-amalan ibadat, seperti membaca Doa-doa, menyanyikan lagu pemujaan, dan
memberikan korban-korban. Selain agama Brahma, Hindu juga memilik nama lain,
seperti ; agama Weda, agama Dharma, agama upanishad atau agama
Sri Khrisna.
Ada beberapa kitab yang di anggap suci oleh agama Hindu, sebagai
berikut :
1)
Veda
(di baca : Weda), merupakan sastra tertua dalam sejarah pradaban manusia, di
susun kembali oleh Byasa (Vyasa-hidp sekitar abad 18 SM hingga 15 SM). Veda di
bagi menjadi empat bagian : Rig Weda, Yajur Weda, Sama Weda, dan Athae Weda.
Keempat Weda tersebut juga di sebut Sruti (yang di dengar). Weda juga di bagi
menjadi 4 bagian yaitu : Samhita, Brahma, Aranyaka, dan Upanishad.
2)
Vedanga
(dibaca : Wedanga), merupakan alat bantu untuk memahami Weda
3)
Ittihasa
(kisah-kisah, kejadian nyata), terdir dari Ramayana (di susun oleh Resi
Walmiki) dan Mahabarata (di susun oleh Resi Viyasa)
4)
Smrti,
bukan “Wahyu” , melainkan sastra utama. Termasuk di dalamnya adalah :
Ø Dharmastra , atau sastra hukum dan prundang-undangan
Ø Ittihasa (sejarah).
Ø Purana, sastra ke agamaan.
Ø Sutra
Ø Agama.
Ø Darshana, filsafat Hindu, yang termasuk di dalamnya adalah apa yang
di sebut, Shad Darshana, enam ajaran filsafat Hindu, yaitu : Samkhya, Yoga,
Mimamsa, Vaiseka, Nyaya dan Vedanta
5)
Purana
(cerita kuno), berisi mitologi dan legenda kuno.
6)
Bagavad
Gita (Nyanyian Tuhan), bagian dari kisah Mahabrata.
7)
Sutra
(Benang), berisi pepatah.[9]
v Budha
Agama Budha atau Buddhisme adalah sebuah agama nonteistik atau
filsafat, yang berasal dari anak benua India yang meliputi beragam tradisi,
kepercayaan dan praktik spritual yang sebagian besar berdasarkan pada ajaran
yang di kaitkan dengan Sidharta Gautama, yang secara umum di kenal sebagai sang
Budha ( yang telah sadar).
Dua aliran utama Budhisme yang masih ada dan di akui secara umum
oleh para ahli : Theravada (“aliran para sesepuh”) dan Mahayana (“ kendaraan
agung”). Vajrayana, suatu bentuk ajaran yang di hubungkan dengan Siddha di
India, dapat di anggap sebagai aliran ketiga, atau hanya bagian dari Mahayana.
Setiap aliran Budha berpegang kepada Tripitaka sebagai Referensi
utama, karena di dalam nya tercatat sabda dan ajran Budha Gautama.
Pengikut-pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasifikasikan ajarannya dalam
tiga buku, yaitu Sutra Pitaka (khubah-khutbah sang Budha), Vinaya Pitaka
(peraturan atau tata tertib para bhikku) dan Abhidamma Pitaka (ajaran hukum
metafisika dan psikologi.[10]
v Khonghucu
Agama Khonghucu adalah istilah yang muncul sebagai akibat dari
keadaan politik di Indonesia. Agama Konghucu lazim di kaburkan makna dan
hakikat nya dengan Konfusianisme sebagai filsafat. Konfusianisme muncul dalam
bentuk agama di beberapa Negara seperti Korea, Jepang, Taiwan, Hongkong, dan
Tiongkok. Dalam bahasa Tionghoa, agama Konghucu seringkali di sebut sebagai
Kongjiao, atau Rujiao.
Kitab suci agama
Konghucu di bagi menjadi dua kelompok :
·
Wu
Jing (kitab suci yang lima) terdiri dari
1.
Kitab
Sanjak Suci (Shi Jing)
2.
Kitab
Dokumen sejarah (Shu Jing)
3.
Kitab
Wahyu perubahan (Yi Jing)
4.
Kitab
suci Kesusilaan (Li Jing)
5.
Kitab
Chun-qiu (Chunqiu Jing)
·
Shi
Shu (kitab yang empat) yang terdiri atas :
1.
Kitab
ajaran Besar (Da xue)
2.
Kitab
tengah sempurna (Zhong)
3.
Kitab
Mengzi (Mengzi)
Selain itu masih ada satu kitab lagi : Xiao Jing (Kitab Bhakti)
Para Nabi dalam Ru Jiao terbagi dalam beberapa zaman di antaranya :
·
Masa
prasejarah yaitu sebelum 2205 SM
·
Zaman
dinasti Xia
·
Zaman
dinasti Shang
·
Zaman
dinasti Zhou.
D.
Unsur-unsur Agama
1.
Kekuatan
Ghaib : manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan ghaib itu
sebagai tempat minta tolong. Oleh karena
itu manusia merasa harus megadakan hubungan baik yang di wujudkan dengan
mematuhi perintah dan larangan kekuatan ghaib itu.
2.
Keyakinan
manusia bahwa kesejahteraan di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung
pada ada nya hubungan baik dengan kekuatan ghaib yang di maksud. Dengan
hilangnya hubungan baik itu, maka kesejahteraan dan kebahagiaan yang di cari
akan hilang pula.
3.
Respon
yang bersifat emosional dari manusia. Respon itu bisa mengambil bentukperasaan
takut, seperti yang terdapat dalam agama-agama monoteisme. Selanjutnya respon
mengambil bentuk penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitif, atau
pemujaan yang yang terdapat dalam agam-agama monoteisme. Lebih lanjut lagi
respon itu mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi masyarakat yang
bersangkutan.
4.
Paham
adanya yang kudus(sacred) dan suci, dalam bentuk kekutan gaib, dalam bentuk
tempat-tempat tertentu.[11]
E.
Tujuan-tujuan agama
Agama merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, karena agama
memberikan aspek ketenteraman bagi para pengikutnya. Dimana saat manusia di
liputi kekuatan dalam dirinya, maka kebutuhan agama terkadang seolah tak di
perlukan lagi. Namun pada saat semua kekuatan dan kebanggaan beranjak pergi,
maka di situlah manusia merasakan kecemasan dan membutuhkan sesuatu yang dapat
menenteramkan kembali hatinya. Maka agama adalah tujuan akhir dari setiap
kegundahan yang di alami manusia.
Tujuan-tujuan agama dapat kita ketahui dengan jelas, kita akan
mengklasifikasikan agama berdasarkan sifat inti agama tersebut. Menurut Harun
Nasution, dalam bukunya “ Islam di tinjau dari berbagai aspeknya” agama ada
yang bersifat primitif, dan non primitif. Dan dari setiap agama tersebut
memiliki inti tujuannya masing-masing.
Agama-agama yang terdapat dalam masyarakat primitif antara lain :
Dinamisme, Animisme dan Politeisme. Sedangkan dalam masyarakat yang sudah maju,
agama yang di anut bukan lagi Dinamisme, Animisme dan Politeisme, tetapi agama
Monoteisme, agama tauhid. Tujuan dari agama Primitif dan Non primitif sangatlah
berbeda, selain faktor ilmu pengetahuan, perkembangan dalam pemahaman pun
menjadikan manusia mengetahui tujuan hidupnya. Adapun tujuan beragama di tinjau
dari sifatnya adalah sebagai berikut :
1.
Agama
Dinamisme
Agama Dinamisme mengandung kepercayaan kepada kekuatan gaib yang
misterius. Dalam bahsa ilmiah, kekuatan gaib itu di sebut “Mana”, dan dalam
bahsa Indonesia di sebut Tuah atau sakti. Dalam paham Dinamisme, bertambah Mana
yang di proleh seseorang, maka bertambah jauh iya dari bahaya dan bertambah
selamat hidupnya. Oleh karena itu, tujuan beragama di sini adalah, mengumpulkan
mana sebanyak mungkin untuk memelihara keselamatan dirinya dari bahaya-bahaya
yang selalu mengancam hidupnya.
2.
Agama
Animisme
Animisme adalah agama yang mempercayai bahwa tiap-tiap benda baik
bernyawa maupun tidak, mempunyai Roh dari benda-benda tertentu yang mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan manusia. Kepada Roh-roh serupa ini di berikan
sesajen untuk menyenangkan hati mereka. Membuat mereka marah harus di jauhi,
kemarahan Roh-roh iti akan menimbulkan bahaya dan malapetaka.
Maka tujuan beragama di sini adalah, mengadakan hubungan baik
dengan Roh-roh yang di takuti dan di hormati.
3.
Agama
Politeisme
Politeisme mengandung kepercayaan kepada Dewa-dewa. Dewa dalam
Politeisme telah mempunyai tugas tertentu. Seperti Dewa Matahari, Dewa hujan,
dan Dewa angin. Mereka meyakini bahwa Dewa-dewa lebih berkuasa di bandingkan
Roh-roh. Dalam Politeisme terdapat paham pertentangan tugas antara Dewa-dewa.
Seperti dewa hujan dan kemarau, dewa pembangunan dan dewa penghancur dan
sebagainya. Maka tatkala ber Doa, seorang Politeis tidak hanya meminta pada
satu Dewa, tetapi juga pada Dewa lawannya. Dengan jalan demikian, masyarakat
Politeis berusaha menyelamatkan diri dari bahaya yang mengancam mereka.
Oleh karena itu tujuan hidup beragama di sini adalah tidak hanya
sekedar memberi sesajen kepada Deawa-dewa, tetapi juga menyembah dan ber Doa
pada mereka untuk menjauhkan amarahnya.
4.
Agama
Monoteisme
Dasar ajaran Monoteisme adalah Tuhan satu, Tuhan yang maha Esa.
Dalam agama Monoteisme manusia telah di yakini berasal dari Tuhan dan akhirnya
akan kembali kepada Tuhan. Tujuan hidup dalam agama Monteisme bukan lagi
mencari keselamatan dunia saja, tapi juga keselamatan akhirat.
Untuk memproleh keselamatan dunia dan akhirat bukan lagi dengan
cara mengumpulkan banyak mana, sebagai mana yang di anut oleh masyarakat
Dinamisme, ataupun dengan sesajen sebagaimana paham Animisme dan Politeisme.
Namun dalam paham Monoteisme, ummatnya di perintahkan untuk menyerakan diri
sepenuhnya kepada Tuhana sang pencipta .
Selain Islam, agama-agama yang di golongkan ke dalam Monoteisme
antara lain Yahudi dan Kristen. Namun seiring berjalannya waktu banyak terjadi
perubahan dalam perkembangan agama Kristen, yakni adanya paham Trinitas,
sehingga tidak murni lagi ke tauhid annya.
Terlepas dari itu, Agama Monoteisme berkeyakinan bahwa hanya
orang-orang suci yang dapat kembali kepada Tuhan nya dengan selamat. Sehingga
tujuan beragama dalam agama Moonoteisme adalah membersihkan diri dan mensucikan
jiwa dan Roh, membina manusia sebaik-baiknya. Oleh sebab itu agama Monoteisme
sangat berkaitan dengan pendidikan moral.
Agama tauhid dengan ajarannya bermaksud untuk membina manusia yang
berjiwa bersih dan berbudi pekerti. Selain itu, tujuan agama Monoteisme adalah
mengatur kehidupan manusia di dunia, agar kehidupan teratur dengan baik.
Sehingga dapat mencapai kesejahteraan hidup, baik dalam kehidupan pribadi
maupun masyarakat.
F.
Fungsi Agama
Manusia telah di beri akal dan hati oleh Tuhan untuk dapatmerasakan
tanda-tanda kekuasaan Tuhan. Sesuai pengertian agama, yaitu peraturan-peraturan
yang merupakan hukum yang harus di patuhi oleh penganut agama yang
bersangkutan. Sehingga adanya agama memiliki fungsi yang sangat penting bagi
para pemeluknya. Fungsi agama antara lain :
1.
Memberi
pandangan dunia kepada satu-satunya budaya manusia
Maksudnya, agama memberi pandangan tentang dunia kepada para
pemeluknya. Memberikan pemahaman bahwa hidup hanya sementara, dan akhirat lah
tempat kembali. Maka budaya di sini adalah sudah jelas bagi manusia yang beragama dan mempercayai Tuhan
bahwasanya dunia hanya sementara dan bukan tujuan akhir dari kehidupan.
2.
Menjawab
pertanyaan yang tidak bisa di jawab oleh manusia
Tuhan menganugerahi akal dan fikiran kepada manusia, agar manusia
bisa memecahkan masalahnya sendiri dengan pemikirannya. Namun adanya akal dan
fikiran bukan berarti menjadikan manusia bisa mengetahui semua hal, karena akal
manusia terbatas pada hal-hal yang konkrit saja.
3.
Memberi
rasa keselarasan kepada satu kelompok manusia
Agama merupakan suatu faktor adanya pembentukan kelompok pada
manusia. Keselarasan dalam pandangan hidup, keyakinan, dan kesamaan dalam
nilai-nilai lainnya, menjadikan manusia merasa memiliki dan memberikan respect
terhadap sesama pemeluknya.
4.
Memainkan
fungsi peranan sosial
Semua agama di dunia pasti menyerukan kebaikan. Dalam ajaran agama
telah di gariskan kode etik yang wajib di lakukan oleh para pengikutnya. Maka
disini lah agama mempunyai fungsi peranan sosial.
Selain itu secara sosiologis, pengaaruh agama dapat di lihat dari
dua sisi, yaitu : pengaruh yang bersifat positif, atau pengaruh yang menyatukan
(integrative factor) dan pengaruh yang bersifat negatif atau memecah belah (desintegrative
factor).
a.
Fungsi
integratif agama
Peranan sosial agama sebagai factor integratif bagi masyarakat
berarti peran agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik di antara
anggota beberapa masyarakat maupun kewajiban-kewajiban sosial yang membantu
dalam mempeprsatukan mereka. Sehingga timbulnya kedamaian dan ke tentraman atas
asas dari persamaan agama itu.
b.
Fungsi
Desintegratif agama
Ø Perbedaan doktrin yang di ikuti oleh sikap mental yang memandang
hanya agama yang di anutnya lah yang memiliki kebenaran. Doktrin kadang di
berikan kepada penganut agama yang fantic, yang menyalahkan dan membenci agama
lain. Tidak memberikan toleransi beragama kepada orang lain, sehingga tidak mau
bergaul bersama orang yang beda keyakinan.
Ø Perbedaan suku dan Ras
Meskipun dalam satu agama yang sama, banyak perbedaan mazhab yang
terkadang memicu perdebatan dan
mengakibatkan berpecah belahnya masyarakat. Padahal hakikatnya agama memiliki
tujuan yang sama, hanya konsep penafsirannya yang bebeda.
Ø Perbedaan tingkat kebudayaan
Sebagai bagian
dari kebudayaan, agama merupakan factor penting bagi pembudayaan manusia
Khususnya, dan alam semesta pada umumnya. Agama adalah upaya menciptakan alam
semesta dengan cara yang suci. Dengan kerangka pemikiran bahwa agama memerankan
peran penting dalam menciptakn budaya masyarakat, maka munculnya ketegangan di
sebabkan karena perbedaan tingkat kebudayaan yang tidak bisa di lepaskan dari
peran agama dalam menyediakan nilai-nilai yang di satu sisi mendorong
pertumbuhan pemikiran dan di sisi lain menghambat pemikiran tersebut.
Ø Masalah mayoritas dan minoritas agama
Dalam satu
daerah yang terdiri dari beberapa penganut agama, menciptakan hasil mayoritas
dan minoritas. Mitos dari amyoritas dan minoritas sebagaimana yang sering
terjadi, bahwa kaum mayoritas mengembangkan suatu paham ideologi, sehingga
sulit di bedakan mana kepentingan ppolitik dan mana kepentingan agama. Kondisi
seperti ini lah yang pada akhirnya menimbulkan prasangka dan tindakan
kesewenang-wenangan dalam menjalankan segala aspek dalamkehidupan
bermasyarakat.
BAB
III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Agama adalah suatu tatanan kehidupan
yang teratur, yang mengatur kehidupan manusia dari segala aspeknya. Agama
berdasarkan sumbernya dapat di bedakan menjadi dua yaitu : agama Samawi dan
agama ardli. Agama samawi adalah agama yang berasal dari Tuhan yang datang
melalui seorang utusan dan di bekali kitab suci. Sedangkan agama Ardli adalah
agama yang di ciptakan oleh manusia dan berkembang dari pemikiran masyarakat di
tempat tertentu.
B.
Saran
Menyadari bahwa
penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan
details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang
lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau
saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari
bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah
adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar
pustaka makalah.
Daftar pustaka
Nasution, Harun.
2013. Islam di tinjau dari berbagai aspeknya. jilid 1, Jakarta : UI Press
Aminah. . Nina.
2014. Studi agama Islam untuk perguruan tinggi Kedokteran dan kesehatan.
Bandung : PT. Remaja Rodakarya.
Nata. Abuddin. 2014.
Metodologi studi Islam. Jakarta, PT Rajaj Grafindo persada.
Muazim Abidin .Ahmad. Jenis-jenis agama, di akases dari http://kazima.blogspot.co.id/2012/10/penegertian-jenis-unsur-agama. Html?m=1
N Karundeng. Ninoy.
Yahudi, Kristen, Islam : Tiga agama Samawi berbagi sejarah dan Teologi”, di
akses dari : m.kompasiana.com/nino/Yahudi/-Kristen/Islam-tiga
-agama-samawi-berbagi-sejarah-dan-teologi-5513f1398133113b4cbc64d2.
Kaciak .Tanjung.
kitab-kitab Hindu. di akses dari Lubuk
Gambir. Word pres.com/2013/10/05/kitab-kitab-Hindu.
Agama Budha, “
di akses dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Agama-Budha_
Ali, Abdullah.
2005. Agama dalam ilmu perbandingan. Cirebon : KPI STAIN
Rahmad,
Jalaludin. 2012. Psikologi agama. Bandung : Mizan pustaka
Hidayat.
Komarudin. 2012. Agama punya seribu nyawa. Jakarta : Noura books
pulishing
[1] Harun Nasution,
Islam di tinjau dari berbagai aspeknya, jilid 1, (Jakarta : UI Pres, 2013),
hall 1-2
[2] DRA. Nina
Aminah, Studi agama Islam untuk perguruan tinggi Kedokteran dan kesehatan,
(Bandung : PT. Remaja Rodakarya, 2014) hal 5-8
[3] Abuddin Nata, Metodologi
studi Islam, (Jakarta, PT Rajaj Grafindo persada, 2014) hal 19.
[4] DRA. Nina
Aminah, Studi agama Islam untuk perguruan tinggi Kedokteran dan kesehatan,
(Bandung : PT. Remaja Rodakarya, 2014) hal 8-10
[5] Ahmad Muazim Abidin, Jenis-jenis agama, di akases dari http://kazima.blogspot.co.id/2012/10/penegertian-jenis-unsur-agama. Html?m=1
[6] Ninoy N
Karundeng,” Yahudi, Kristen, Islam : Tiga agama Samawi berbagi sejarah dan
Teologi”, di akses dari : m.kompasiana.com/nino/Yahudi/-Kristen/Islam-tiga
-agama-samawi-berbagi-sejarah-dan-teologi-5513f1398133113b4cbc64d2
[7] Ninoy N
Karundeng,” Yahudi, Kristen, Islam : Tiga agama Samawi berbagi sejarah dan
Teologi”, di akses dari : m.kompasiana.com/nino/Yahudi/-Kristen/Islam-tiga
-agama-samawi-berbagi-sejarah-dan-teologi-5513f1398133113b4cbc64d2
[8] Ahmad Muazim Abidin, Jenis-jenis agama, di akases dari http://kazima.blogspot.co.id/2012/10/penegertian-jenis-unsur-agama. Html?m=1
[9] Tanjung Kaciak, “kitab-kitab Hindu” di akses
dari Lubuk Gambir. Word pres.com/2013/10/05/kitab-kitab-Hindu
[10] Agama Budha, “
di akses dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Agama-Budha_
[11] Harun Nasution,
Islam di tinjau dari berbagai aspeknya, jilid 1, (Jakarta : UI Pres,
2013), hall 3
Komentar
Posting Komentar