Metode tafsir Tahlili dalam studi perkembangan ilmu tafsir


TAFSIR TAHLILI
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah metode tafsir
Dosen pengampu


Jauhar Azizi,M.A

OLEH
Ahmad Nasrun : 11160340000104
Wafiatul Amiroh Diyanah : 11160340000110
Muhammad Syafiq Musoffa :11160340000073



JURUSAN ILMU AL-QURAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat allah Swt  karena dengan anugerahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang "tafsir tahlili" yaitu salah satu pembahasan dalam mempelajari metode tafsir. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan ke ruh baginda nabi kita Nabi Muhammad s.a.w.yang telah membawa kita dari zaman ke jahiliahan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Makalah ini kami telah usahakan tentunya dengan bantuan teman teman  sehingga dapat memperlancar dalam proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu kami mengucapkan terima kasih banyak kepada teman teman yang  telah membantu dan berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini .
Demikian yang dapat kami sampaikan ,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin terutama bagi penulis. Kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya bagi para pembaca yang bersifat membangun demi untuk memperbaiki kesalahan dan pengetikan yang ada dalam makalah ini.
    



Tangerang ,01 desember 2017





DAFTAR ISI
Kata pengantar

BAB I PENDAHULUAN
a.       Latar belakang.......................................................................... ..4
b.       Rumusan masalah ......................................................................4
c.       Tujuan penulisan.........................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
a.       Pengertian metode tafsir Tahlili..................................................5
b.       Ciri ciri metode tafsir tahlili........................................................7
c.       Pembagian metode tafsir tahlili...................................................7
d.       Sejarah dan perkembangannya...................................................11
e.       Mengenal kitab dan mufassirnya................................................13
f.        Kelebihan dan kekurangnnya.....................................................15

BAB III PENUTUP
a.       Kesimpulan ................................................................................17
b.       Saran dan kritik...........................................................................18
c.       Daftar pustaka.............................................................................19





BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar belakang
Seiring perjalanan waktu,ilmu tafsir terus berkembang dan jumlah tafsir terus bertambah dalam beraneka corak. Sebelum ini telah di kemukakan salah satu defenisi tafsir yaitu "penjelasan tentang maksud maksud Allah dalam firmannya sesuai dengan kemampuan manusia" tersirat dari kata penjelasan adanya sesuatu yang dihidangkan sebagai penjelasan adanya sesuatu yang di hidangkan,serta cara menghidangkan penjelasan itu. Sedang dari kalimat sesuai kemampuan manusia tersirat keanekaragaman penjelasan dan caranya,disamping mengandung isyarat tentang kedalaman /keluasan atau kedangkalan dan keterbatasannya.
Harus di akui bahwa metode-metode tafsir yang ada atau di kembangkan selama ini memiliki keistimewaan dan kelemahan kelemahannya, masing masing dapat di gunakan sesuai dengan tujuan yang ingin di capai.
Para ulama tafsir belakangan kemudian memilih kitab kitab itu berdasrkan metode penulisannya kedalam empat bentuk tafsir,yaitu:metode tahlili,metode ijmali,metode muqaran,dan mawdhu'i.[1]
B.      Rumusan masalah
1.       Apakah pengertian metode tafsir tahlili?
2.       Apa saja ciri ciri metode tafsir tahlili?
3.       Terbagi berapa metode tafsir tahlili?
4.       Bagaimanakah sejarah tafsir tahlili dari masa kemasa?
5.       Apa sajakah kelebihan dan kekurangan dari tafsir tahlili?
6.       Siapa sajakah mufassir yang berperan dalam metode ini?
C.      Tujuan penulisan
Untuk memahami pengertian,sejarah perkembangan, ciri-ciri, pembagian, kelebihan dan kekurangan,dan para mufassir yang berperan serta karya karyanya








PEMBAHASAN
A.    Metode tafsir tahlili
      Tafsir dilihat dari metodenya terdiri dari empat macam yaitu Tahlili, Ijmali, Muqaran, dan Maudu'i. Banyak ulama tasir klasik yang memakai metode ini diantaranya Ibnu Jarir At-Thabari, Ibnu Katsir, dan lain lain.
1.      Pengertian metode tafsir tahlili
 Metode merupakan akar kata yang berasal dari "methodos"yang berarti jalan atau cara.[2] Secara etimologis "Tahlili" berasal dari bahasa Arab hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti “ membebaskan[3] mengurai, menganilisis”. Tafsir metode tahlili adalah tafsir yang menyoroti ayat-ayat al-Qur’an dengan memaparkan segala makna dan aspek yang terkandung di dalamnya sesuai urutan bacaan yang terdapat di dalam al-Qur’an Mushaf ‘Utsmani.[4]Muhammad Baqir al-Sadr menyebut tafsir metode tahlili ini dengan tafsir tajzi’i, yang secara harfiah berarti “tafsir yang menguraikan berdasarkan bagian-bagian, atau tafsir parsial”.
Metode tahlili (analitis) juga bisa diartikan dengan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan memaparkan berbagai aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang sedang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan dari mufasir yang menafsirkan ayat tersebut.[5]
Sedangkan menurut pendapat Quraish Shihab metode ini berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai seginya, sesuai dengan pandangan, kecenderungan, dan keinginan mufassirnya yang dihidangkannya secara runtut sesuai dengan perurutan ayat-ayat dalam mushaf.[6] Biasanya yang dihidangkan itu mencakup pengertian umum kosakata ayat, Munasabah/hubungan ayat dengan ayat sebelumnya, Sabab an-Nuzul, Makna global ayat, hukum yang dapat ditarik, yang tidak jarang menghidangkan aneka pendapat ulama mazhab. Ada juga yang menambahkan uraian tentang aneka Qira’at, I’rab ayat-ayat yang ditafsirkan, serta keistimewan susunan kata-katanya[7].
Dengan demikian, yang dimaksud dengan metode tahlili adalah suatu metode penafsiran yang berusaha menafsirkan ayat-ayat al-qur'an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup didalamnya sesuai urutan bacaan yang terdapat didalam al-Qur'an mushaf Ustmani dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat –ayat tersebut.[8]
Dengan demikian dapat di pahami bahwa karakter utama dari jenis tafsir ini biassanya mufassir menguraikan makna global yang dikandung oleh al-qur'an secara konfrehensif dari berbagai seginya, menafsirkan berdasarkan tertib ayat demi ayat dan surah demi surah sesuai dengan urutannya di dalam mushaf.
Metode tahlili atau yang dinamai Muhammad Baqir al-Shadr sebagi tafsir tajzi'i ini ada beberapa aspek yang dianggap perlu oleh seorang mufassir tajzi'i uraikan yang tahapan kerjanya yaitu dimulai dari :
a.       Menerangkan munasabah atau hubungan ayat yang ditafsirkan dengan ayat sebelum atau sesudahnya, maupun antara satu surah dengan surah lain .
b.       Menjelaskan sebab –sebab turunnya ayat.(asbabun nuzul)
c.       Menganalisis kosa kata (mufradat)dari sudut pandang bahasa arab, yang terdapat di setiap ayat yang akan di tafsirkan sebagaimana urutan dalam al-qur'an mulai dari surah Al-fatihah hingga surah an-Naas
d.       Menjelaskan makna yang terkandung pada setiap potongan ayat dengan menggunakan keterangan yang ada pada ayat lain
e.       Menarik kesimpulan dari ayat tersebut yang berkenaaan dengan hukum mengenai suatu masalah, atau lainnya sesuai dengan kandungan ayat tersebut.
2.       Ciri ciri metode tafsir tahlili
Adapun ciri-ciri dari metode tahlili antara lain:
a.       Menafsirkan ayat ayat secara berurutan dari ayat pertama sampai ayat teraklhir dalam mushaf, (mulai dari surah al-Fatihah hingga surah an-Naas).[9]
b.       Mengemukakan korelasi (munasabah) antar ayat maupun antar surat(sebelum atau sesudah)
c.       Menjelaskan sebab sebab turunnya ayat
d.       Memaparkan kandungan ayat beserta maksudnya secara umum.
e.       Menjelaskan hal –hal yang bisa disimpulkan dari ayat yang ditafsirkan baik yang berkenaan dengan hukum piqh, tauhid, ataupun yang lainnya.
3.        Pembagian Metode Tafsir Tahlili
Dari segi pendekatan tafsir tahlili dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: tafsir bi al-ma'tsur dan tafsir bi al-ra'y i[10]. Namun seiring dengan perkembangan zaman , selanjutnya metode tahlili berkembang dengan beberapa bagian, yaitu: at tafsir al-shufi, tafsir al-falsafi, tafsir al-piqhi, tafsir al-ilmi ,dan tafsir al-adabi al ijtima'i.[11]
1)      Tafsir bi al-ma'tsur
Tafsir bi al-ma'tsur dinamakan juga tafsir al-riwayat (tafsir dengan riwayat).[12]penafsiran dalam corak ini dibagi dalam empat bentuk,pertama penafsiran ayat al-qur'an dengan ayat ayat al-qur'an sendiri,kedua penafsiran al-Qur'an dengan hadith-hadith Nabi Saw, ketiga  penafsiran al-Qur'an dengan pendapat sahabat, keempat penafsiran al-Qur'an dengan pendapat tabi'in. Pendapat (aqwal) tabi'in masih kontroversi dimasukkan dalam tafsir bil ma'tsur sebab para tabi'in dalam memberikan penafsiran ayat-ayat al-Qur'an tidak hanya berdasarkan riwayat yang mereka kutip dari Nabi, tetapi juga memasukkan ide–ide dan pemikiran mereka (melakukan ijtihad).[13]
Adapun kitab kitab yang memakai metode ini antara lain: kitab tafsir ruh al-ma'ani fi tafsir al-qur'an wa al-sab' al-matsani karya Al Alusi, al tafsir al-kabir wa mafatih al-ghayb karya Fakhr al-din al-Razi,dan jami' al-bayan fi tafsir al-qur'an al karim karya Ibnu jarir At-Thabari.
2)      Tafsir bi al-Ra'y
Tafsir bi al-ra'y adalah penafsiran yang dilakukan dengan menetapkan rasio sebagai titik tolak. Tafsir corak ini dinamakan juga dengan al-tafsir al-ijtihadi yaitu penafsiran yang menggunakan ijtihad. Tafsir bi al-ra'y dapat juga diartikan dengan tafsir ayat-ayat al-Qur'an yang di dasarkan pada ijtihad para mufassirnya dan menjadi akal pikiran sebagai pendekatan utamanya.[14]
Inilah salah satu sebab apa yang membuat tafsir dalam bentuk al-ra'y dengan metode tahlili (alitis) dapat melahirkan corak penafsiran yang beragam sekali seperti tafsir fiqh, falsafi, sufi, 'ilmi, adabi ijtima'i. Dikarenakan adanya kebebasan serupa itulah, maka tafsir bi al-Ra'y berkembang jauh lebih pesat meninggalkan tafsir bi al-ma'tsur, sebagaimana diakui oleh ulama tafsir semisal Manna' al-Qaththan.[15]
3)      Tafsir al-Shufi
Tafsir al-Shufi adalah tafsir yang berusaha menjelaskan maksud ayat al-Qur’an dari sudut esoterik atau berdasarkan isyarat-isyarat tersirat yang tampak dari seorang shufi dalam suluknya (tafsir yang ditulis para sufi).
Tafsir ini ada dua macam, yaitu: Tafsir shufi al-nadzari (teoritis)yaitu mufassir menafsirkan al-Qur’an dengan menggunakan mazhab nya dan sesuai dengan ajaran-ajaran mereka (mereka sering menggunakan ta’wil untuk menyesuaikan pengertian ayat-ayat al-Quran dengan teori-teori tasawuf yang mereka anut). Tafsir shufi al-‘amali (praktis) yaitu menakwilkan ayat-ayat al-Qur’an dengan berdasarkan isyarat-isyarat tersembunyi / tersirat (samar) yang menurut para sufi hanya diketahui oleh sufi ketika mereka melakukan suluk (seperti melakukan banyak ibadah dan kehidupan sederhana).
Di antara kitab-kitab tafsir yang dapat digolongkan sebagai kitab tafsir shufi adalah: tafsir al-Qur'an al-'Azhim karya Abu Muhammad Sahal ibn 'Abdullah ibn Yunus ibn 'Abdullah al-Tusturi, Haqaiq al-Tafsir karya Abu 'Abd al-Rahman Muhammad ibn al Husain ibn Musa al-Uzdi al-Salmi, dan al-Bayan fi Haqaiq al-Qur'an karya Abu Muhammad Ruzbahan ibn Abi al-Nasr al-Baqli al-Syirazi.
4)      Tafsir al-Falsafi
Tafsir al-falsafi adalah penafsiran ayat-ayat al-Qur'an berdasarkan pendekatan-pendekatan  filosofis (tafsir ayat-ayat al-Qur'an yang dikaitkan atau yang membahas persoalan-persoalan filsafat). Menurut adz-Dzahabi tafsir falsafi yaitu tafsir yang didominasi oleh teori-teori filsafat atau tafsir yang menempatkan teori-teori ini sebagai paradigmanya.[16]

Contoh dari kitab tafsir ini adalah al-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghayb karya al-Fakhr al-Razi.
5)      Tafsir al-Fiqhi
Tafsir al-fiqh adalah corak tafsir yang lebih menitik beratkan kepada pembahasan dan tinjauannya pada aspek hukum dari al-Qur'an. Seperti masalah-masalah fiqhiyyah dan cabang-cabangnya serta membahas perdebatan-perdebatan pendapat seputar pendapat-pendapat imam madzhab. Tafsir fiqhi juga dikenal dengan tafsir ahkam , yaitu tafsir yang lebih berorientasi kepada ayat-ayat hukum dalam al-Qur'an (ayat-ayat hukum). Tafsir fiqhi lebih populer dengan sebutan tafsir ayat ahkam atau tafsir ahkam.
Kitab-kitab tafsir yang termasuk dalam corak ini, antara lain; Ahkam al-Qur'an karya Al-Jashshash, Ahkam al-Qur'an karya Ibn al-'Araby, Tafsir al-Nasafi karya al-Nasafi (mazhab Hanafi), Tafsir al-Kabir / Mafatih al-Ghaib karya Fakh ar-Razi.
6)      Tafsir al-Ilmi
Tafsir al-'ilmi adalah menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an berdasarkan pendekatan ilmiah, atau menggali kandungan ayat berdasarkan ilmu pengetahuan (penafsiran al-Qur'an dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan). Dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut, mufassir melengkapi dirinya dengan teori-teori sains.[17] Fokus tafsir ilmi adalah menafsirkan ayat-ayat yang kauniah dengan bertolak dari prosisi pokok-pokok bahasan ayat-ayat al-Qur'an dari kapasitas keilmuan yang mufassir miliki dan penafsiran dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap fenomena-fenomena alam.
Kitab-kitab tafsir ini antara lain: al-Tafsir al-'Ilmi li al-Ayat al-Kawniyyah fi al-Qur'an al-Karim karya Hanafi Ahmad, Jawahir fi al-Qur'an karya Syaikh Tantawi Jauhari, al-Ghidza' wa al-Dawa karya Jamal al-Din al-Fandy.
7)      Tafsir al-Adabi al-Ijtima'i
Tafsir al-Adabi al-Ijtima'i adalah corak penafsiran yang menjelaskan ayat-ayat al-Qur'an berdasarkan ketelitian uangkapan yang disusun dengan bahasa yang luas, dengan menekankan tujuan pokok diturunkannya al-Qur'an, lalu mengaplikasikannya pada tatanan sosial, seperti pemecahan masalah-masalah umat Islam dan bangsa pada umumnya, sejalan dengan perkembangan masyarakat.[18]
Tafsir al-Adabi al-Ijtima'i merupakan tafsir yang menitikberatkan pada penjelasan ayat-ayat al-Qur'an dari segi ketelitian redaksinya, kemudian menyusun kandungan ayat-ayat tersebut dalam suatu redaksi yang indah dengan penonjolan tujuan utama dari tujuan-tujuan al-Qura'an yaitu membawa petunjuk dalam kehidupan.
Kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode ini, antara lain: Tafsir al-Manar karya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur'an al-Karim karya Mahmud Syaltut dan Tafsir al-Wadhih karya Mahmud Baht al-Hijazy, Tafsir al-Qur'an al-Karim karya Ahmad Musthafa al-Maraghi.[19]
B.      Sejarah dan perkembangan Tafsir Tahlili
Tafsir ini berasal sejak pada masa sahabat nabi s.a.w pada mulanya terdiri  dari tafsiran atas beberapa ayat saja,yang kadang kadang mencakup pemjelasan mengenai kosakatanya. Dalam perjalanan waktu para ulama tafsir merasakan  kebutuhan adanya tafsir yang mencakup seluruh isi al qur'an. Karenanya pada akhir abad ketiga dan awal keempat Hijriyah (ke-10M) ahli ahli tafsir seperti Ibnu Majah,At Thabari,dan lain lain lalu mengkaji keseluruhan isi Al qur'an dan membuat model model paling maju dari tafsir Tahlili ini[20].Sedangkan perkembangannya menurut M.Quraish Shihab jauh sebelum metode maudhu'i digunakan atau paling lambat At Thabari (310/922M). Kitab kitab al qur'an yang pernah di tulis para mufassir pada masa awal pembukuan tafsir hampir semuanya menggunakan metode Tahlili,baik itu kitab Tafsir bi al ma'thur seperti jami'al bayan Ta'wil ayi Alqur'an milik Ibnu Jarir At Thabari maupun At tafsir Al-kabir atau Mafatih Al-ghayb karya Muhammad Fakhr al-din al-Razi,begitu juga dengan aliran tafsir al-Isyari seperti kitab Gharaib al-quran wa Raghain al Furqan karya an-Naysaburi(728M/1328H)[21].
Dalam melakukan penafsiran mufassir memberikan perhatian sepenuhnya kepada semua aspek yang terkandung dalam ayat yang  di tafsirkannya dengan tujuan menghasilkan makna yang benar dari setiap ayat. Adapun hal hal yang di lakukan mufassir dalam menafsirkan al qur'an adalah sebagai berikut :
1.       Pembahasannya disesuaikan menurut urutan ayat dan membahas segala seuatu yang menyangkut ayat tersebut. Seperti Ar-Razi dalam sistematika kitabnya menafsirkan surat Al-fatihah hingga ke ujung akhir an-naas sesuai dengan urutan ayat dan membahasnya secara panjang, lebar dari awal hingga akhir dengan berbagai hal yang menyangkut ayat tersebut.seperti penafsiran Ar-Razi pada ayat keempat surat an-naas di bawah ini.
قوله تعالى:من شر الوسوس الخناس اسم بمعنى الوسوسة,كالزلزال بمعنى الزلزلة وأما المصدر فوسواس بالكسر كزلزال والمراد به الشيطان
سمي بالمصدر ,كانه وسوسة في نفسه لأنها صنعته وشغله الذي هو عاكف عليه نظيره قوله :انه عمل غير صاله (هود:46) والمراد ذوالوسواس و تحقيق الكلام في الوسوسة قد تقدم في قوله :فوسوس لهما الشيطان.
2.       Menjelaskan sebab sebab turunnya ayat(asbab an nuzul)
Seperti wahbah Az-zuhaili menafsirkan ayat 114 surat Al-baqarahdan menyebutkan sebab turunnyya ayat tersebut:[22]
سبب نزول الأيه (114) :
هناك روايتان عن ابي عباس في سبب نزول هذه الأية.ففي رواية الكلبي عنه: نزلت في ططلوس الرومي واصحابه من النصارى وذلك أنهم غزوا بني اسرائل.فقالوا مقاتلهم وسبوا ذراريهم .وحرفوا التوراة.وخريوا يبت المقدس. وقذفوا فيه الجيف.. وقال قتادة: هو بختنصر  و اصحابه غزوا اليهود و خربوا بيت المقدس واعانتهم على ذلك النصارى  من اهل الروم.                                                                                                                        
وفي رواية عطأ عن ابن عباس :نزلت في مشركي اهل مكة.ومنعهم المسلمين من ذكر الله تعالى في المسجد الحرام    واخرج ابن أبي حاتمعن ابي عباس :ان قريشا منعوا النبي صلى الله عليه  وسلم الصلاة عند الكعبة فى المسجد الحرام فأنزل الله تعالى :ومن اظلم ممن منع مساجد الله ...الأية.[23]                                                                                                           
3. Menganalisis mufradat (kosa kata)dan lafal dari sudut pandang bahasa arab
شرح المفردت
الضحى:صدر النهار حين ترتفع الشمش وتلقى أشعتها على هذا الكون
وسجى :اي سكن والمراد سكن الاحياء فيه وانقطعوا عن الحركة ما ودعك ربك :اى ما تركك وما قلاك وما ابغضك والقلى:شدة الكره والبغض.
4.  Memaparkan kandungan ayat secara umum dan maksudnya
Contoh seperti kandungan yang ditulis A- Maraghi dalam kitabnya ketika menafsirkansurat
     : مقاصد هذه السورة
  (1)بيان ان الناس في الدنيا فريقان:
- فريق يهيئه الله للخصلة اليسرى,و هم الذين اعطوا الأموال لمن يستحقها,و صدقوا بما وعد الله من الأخلاف  على  من انفقوا
- فريق يهيئه الله للخصلة المؤدية ألى العسر والشدة وهم الذين بخلوا بالأموال واستغنوا بالشهوات, و أنكروا ما وعد الله من ثوابه الجنة
5.  Memberikan keterangan tentang status ayat atau surat yang sedang di tafsirkan dari segi makkiyah dan madaniyyah
Seperti pada Mafatih al-ghaibi karya Al- Razi ketika menafsirkan surat Al-'imran berikut
سورة ال عمران
ما ئتا اية مدنية بسم الله الرحمن الرحيم.[24]
Perkembangan metode tafsir tahlili memiliki perkembangan yang sangat pesat,luas dan menyeluruh. Metode tafsir ini digunakan sebagian mufassir pada masa lalu dan masih terus berkembang sampai masa sekarang. Kitab kitab yang menggunakan pendekatan Tafsir tahlili masih terus dikarang,dikaji,dan di terbitkan mengalir secara terus menerus.
C.     Mengenal kitab dan mufassirnya
Untuk lebih jelasnya diantara kitab yang menggunakan pendekatan tafsir tahlili ialah:
1.     Jami al-bayan takwil ayi al qur'an (himpunan penjelasan tentang takwil ayat ayat al quran)15 jilid dengan jumlah halamannya total sekitar 7125 karangan Ibnu Jarir At Thabari(310H/922M).
2.     Tafsir al qur'an al 'azim (tafsir al quran yang agung)4 jilid sekitar 2414 halaman. Karya Alhafizh al din Abi Fida' Ismail bin Kastir Al quraisy al-Dimasyqi(774M/1343H).
3.     Tafsir samarqandi (bahrul ulum/lautan ilmu),3 juz karya Nasr bin Muhammad bin Ahmad Abu Al-laits al-smarqandi. Sekitar 1891 halaman (393H/1002M).
4.     Al-durr  al-manthur fi al tafsir bi al ma'thur(mutiara kata prosa dalam tafsir bi al ma'thur)susunan Jalaluddin  as-Suyuthi,18 jilid terdiri dari 5600-6400 halaman. (849-911H/1445-1505M).
5.     Adwa' al-bayan fi Idah al-quran bi al quran (cahaya penerangan dalam menjelaskan alqur'an dengan alquran) disusun oleh Muhammad al Amin bin Muhammad al-Mukhtar al-Jakani al-Sinqhiti,terdiri dari 10 jilid,6771 halaman
6.  Al-kasyaf wa al-bayan Tafsir Alqur'an (penyingkapan dan penjelasan tentang tafsir     alqur'an),karangan Abi Ishaq.
7.  Al-Tafsir al-Qurani li Al qurani (tafsir alquran untuk al quran),16 jilid dengan tebal halaman kurang lebih 1767 karangan Abdul Karim al-Khatib.
8.  Al mizan fi tafsir al quran (neraca dalam menafsirkan alqur'an),21 jilid Dan tiap jilid terdiri dari 330-450 halaman karya Al-'allamah Sayyid muhammad at Thabathab'i (1302-1402H/1892-1981M).
9.  Majma' al bayan Fi tafsir Al quran (himpunan informasi dalam menafsirkan al quran)terdiri dari 10 jilid atau 10 juz dengan jumlah halaman 3573-3725,karangan syekh abu 'ali al Fadhl bin Hasan At Thabarsi.

D.     Kelebihan dan kekurangannya
Dibandingkan dengan metode yang lain tafsir tahlili memiliki beberapa kelebihan yang menjadi ciri khas tafsir tersebut. Kelebihan tersebut antara lain ditinjau dari segi keluasan dan keutuhannya dalam memahami kitab suci al-Qur'an.
1.       Kelebihan tafsir tahlili
a)       Metode ini banyak digunakan oleh para mufassir,terutama pada zaman klasik dan pertengahan sekalipun  ragam dan corak nya bermacam macam.
b)      Penafsiran terhadap satu ayat dapat dilakukan secara tuntas, dapat dikatakan metode ini dapat dikatakan semua ayat di tafsirkan dan tidaka ada yang ditinggalkan
c)       Mempunyai ruang lingkup yang luas.
d)      Memuat berbagai macam ide dan gagasan
e)       Tafsir ini juga memuat berbagai macam ide dari para mufassir dimana mufassir mrmpunyai kebebasan dan keluasan dalam menafsirkan ayat,sehingga dapat dipastikan bahwa bahasanya konprehensif dan kaya dengan informasi yang dikandung oleh suatu ayat.[25]
f)       Metode ini lebih banyak dianut oleh para mufassir
g)      Metode ini paling banyak memiliki corak orientasi dan mazhab
Melalui metode tahlili, seseorang diajak serta untuk memahami isi yang terkandung dalam al-Qur'an secara utuh luas dan menyeluruh dengan rinci, jelas, dan konfrehensif. Cara metode seperti inilah yang di lakukan sahabat Nabi.[26]
2.       Kekurangan tafsir tahlili
Selain mempunyai kelabihan, metode tahlili juga tidak luput dari kekurangan yang bersifat nisbi karna murni  hasil karya manusia,diantara kekurangan dari metode tahlili ini antara lain:
a)       Menjadikan petunjuk al-Qur'an tampak parsial atau terpecah pecah.
Maksudnya terpecah pecah disini,karena penafsiran yang dioberiokan pada suatu ayat berbeda pada dengan penafsiran ayat ayat lain yang sama dengannya.karena dalam metode ini tidak ada keharusan bagi mufassir untuk membandingkan penafsiran pada suatu ayat dengan ayat yang lain sebagaimana yang di utamakan dalam tafsir metode komparatif.
b)      Melahirkan penafsiran yang subjektif.
c)       Bisa menghanyutkan seoarang mufassir
d)      tidak tuntas dalam membahas dan menyelesaikan topik topik yang sedang di kaji dan dibicarakan. Meskipun metode tahlili ini dinilai sangat luas , namun menyelesaikan satu pokok bahasan, karena dalam satu pokok pembahasan diuraikan sisinyaatau kelanjutan keterangannya pada ayat yang lain.
e)       Masuk pemikiran israiliyyat
Dikartenakan tafsir tahlili ini tidak membatasi dalam mengemukakan pemikiran pemikiran tafsirnya, maka berbagai pemikiran masuk kedalamnya. Sebelumnya kisah kisah israiliyyat tidak ada persoalan, selama tidak ada kaitan dengan pemahaman dengan al-Qur'an namun setelah memasuki tafsir tahlili akan timbul negatifnya.[27]
Kekurangan atau kelemahan dalam metode ini tidak berarti sesuatu yang negatif, sehingga dalam pemikiran kita dialarang dalam menggunakan metode ini,bukan demikian namuan akan menjadikan para ahli tafsir agar lebih berhati hati dalam menafsirkan suatu ayat, sehiongga tidak terjadi salah paham dalam penafsiran.

BAB III PENUTUP
A.     SIMPULAN
Tafsir tahlili ialah metode penafsiran ayat ayat Al-Qur'an melalui pendeskripsian (menguraikan) makna yang terkandung dalam ayat ayat al quran dengan mengikuti tertib tertib ,susunan,atau urutan urutan surat surat dan ayat ayat yang diikuti dengan sedikit-banyak analisis tentang kandungan ayat itu. Langkah langkah yang dilakukan mufassir dengan mengacu kepada metode tahlili:
1.       Pembahasannya disesuaikan menurut urutan ayat dan membahas segala sesuatu yang menyangkut satu ayat tersebut.
2.       Yang menjadi titik berat adalah lafaz.
3.       Menyebutkan munasabah ayat
4.       Menggunakan al-asbab an nuzul
5.       Memberikan keterangan tentang status ayat atau surat yang ditafsirkan dari segi makkiyah dan madaniyahnya
6.       Menjelaskan makna Al-mufradat dari masing masing ayat serta unsur unsur ayat lainnya,seperti dari segi I'rabnya,balaghahnya,dan i'jaznya.
7.       Menguraikan ayat dan kandungannya dan maksudnya secara umum
8.       Merumuskan dan menggali hukum hukum yang terkandung di dalam ayat ayat tersebut.
Dalam menafsirkan suatu ayat para mufassir menggunakan kaidah-kaidah yang telah di tentukan adpaunmetode tahlili dengan segala kelebihan dan kekurangannya, iutlah yang akan menjadikan  para mufassir memiliki sikap kehati hatian dalam menafsirkan suatu ayat agar tidak terjadi salah penafsiran. Metode tahlili telah menyumbangkan peran yang besar dalam andilnya mengembangkan keilmuan tafsir lewat karya-karyayang dihasilkan oleh para mufassir.


B.   KRITIK DAN SARAN
Demikianlah isi makalah yang dapat kami tulis mudah mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita,khususnya bagi penulis. Penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun.



Daftar pustaka

            Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, Yogyakarta:   Glaguh UHIV, 2008
            M.Quraish, Shihab ,dkk.Sejarah dan Ulum al Qura'an,Jakarta:pustaka                      
   Firdaus. 2013,kaidah Tafsir,Tangerang:Lentera hati 2013,Membumikan al Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 2012
             Syafi'i Rachmad,pengantar ilmu tafsir ,Bandung:Pustaka setia.2006
 Abuddin Nata, Studi Islam Komperhesif, Jakarta: Kencana, 2011.
            Fuad Hassan dan Koentjaraningrat, Beberapa Asas Metodologi Ilmiah; dalam  Koentjaraningrat [ed], Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramadia, 2014
             Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama; Sebuah Kajian
 Hermeneutik, Jakarta: Paramadina, 1998.
               Abd al-Hayy al-Farmawi, al-Bidayah fi al-tafsir al-Maudhu’i, Mesir:  Mathba’at al- Hidharat al-‘Arabiyah, 1977, Cet ke 2



[1] Abd al hayy al Farmawi.al bidayah fi al tafsir al maudhu'i,hlm.23
[2] Fuad Hassan dan Koentjaraningrat, Beberapa Asas Metodologi Ilmiah; dalam Koentjaraningrat [ed], Metode-   metode  Penelitian Masyarakat, hlm.16
[3] Muhammad bin Mukrim bin Ali Abu al-Fadil Jamaluddin bin Manzur, Lisan al-‘Arabi, Juz 11, hlm.163.
[4]Zahir ibn Awad al-Alma’i, Dirasat Fi al-Tafsir al-Maudhu’i Li al-Qur’an al-Karim,) h. 18
[5]Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran al-Qur’an..., 68.
[6] M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, Cet I,  hlm.378.
[7] Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran al-Qur’an
[8] Zahir Ibnu Awad al-Alma’i, Dirasat Fi al-Tafsir al-Maudhu’i li al-Qur’an al-Karim hlm.18;
[9] Nashruddin Baidan, Metodologi.., hlm. 52.
[10] Abd al Hayy al Farmawiy, al-Bidayah.., hlm.24.
[11] Manna’ Khlmil al-Qaththan, Mabahis Fi ‘Ulum al-Qur’an, hlm.165.
[12] Abd al-Hayy al-Farmawi, al-Bidayah.., hlm.28.
[13] Manna' Khalmil al-Qaththan. Mabahis Fi 'Ulum al-Qur'an. (hlm. 182-183; Lihat juga Nur Kholis, Pengantar al-Qur'an dan Hadits hlm.144.
[14] Muhammad Husain adz-Dzahabi, Tafsir wa al-Mufassirun, (Bairut: dar al-Fikr, 1986), hlm.255; Lihat juga Rosihan Anwar, Metode Tafsir Maudhu'I dan Cara Penerapannya, Cet.2,), hlm.26.
[15] Manna’ al-Qaththan, Mabahits.., hlm. 342.
[16] Muhammad Husain adz-Dzahabi, al-Tafsir.., hlm.419.
[17] M. Quraish Shihab, dkk. Sejarah.., hlm.183-184.
[18] Muhammad Husain adz-Dzahabi, al-Tafsir.., hlm.547.
[19] M. Quraish Shihab, dkk. Sejarah.., hlm.184-185.
[20] Muhammmad Bakir al-Sadr,tafsir al mawdhu'i wa al tafsir al tajzi'i fi Al qur'an al karim,hlm7-10
[21] Ahmad Izzan,metologi Ilmu Tafsir,hlm.103-104
[22] Wahbah Az-zuhaili,tafsir al-munir Fi al akidah,wa al-syariah,wa-almanhaj(dar al-fikr al-ashr:D amaskus)h.18
[23] Ibid
[24] Fakhr al-Din al-Razi,Mafatih al-ghaibi….,50.
[25] Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama; Sebuah Kajian Hermeneutik, hlm.191
[26] Ahmad izzan,metodologi Ilmu Tafsir.....104-105
[27] Nashruddin Baidan, Metodologi.., hlm. 59-60.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dzahir dan Ta'wil dalam studi ilmu ushul fiqih.

Tafsir Maudhu'i dalam perkembangan ilmu tafsir

Makalah metode tafsir Ijmali dalam studi Ilmu Tafsir