Makalah karakteristik ajaran Islam


KATA PENGANTAR

   Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang senantiasa menganugerahkan nikmat, serta rahman dan rahim-Nya kepada kita, sehingga kita bisa melangsungkan segala aktifitas hingga saat ini. Shalawat dan salam kita haturkan kepada Rosul kita nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang saat ini, sekaligus sebagai uswatun hasanah bagi ummatnya di seluruh alam
Makalah ini membahas tentang “Karakteristik Ajaran Islam”, serta hal hal  yang berkaitan dengannya. Beberapa hambatan dan kesulitan kami hadapi dalam proses pembuatan, namun kami sadari bahwa semua itu adalah rintangan yang harus dihadapi demi hasil yang baik. Untuk itu kami berterima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah. Begitu pula dengan dukungan dan motivasinya yang diberikan kepada kami. Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dan bisa membantu saat dibutuhkan sebagai pendukung mata kuliah Pengantar Studi Islam

Ciputat, 15 Oktober  2016


                                                                                       Tim penulis
        i





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
LatarBelakang....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Karateristik Ajaran Islam.............................................. 2
B.     Prinsip-Prinsip Ajaran Islam .......................................................... 9
C.     Persamaan Ajaran Islam dengan Ajaran Lain .............................. 15
D.    Perbedaan Ajaran Islam dengan Ajaran Lain ............................... 18
E.     Keunggulan Ajaran Islam dari Agama lain .................................. 21
F.      UniversalitasAjaranIslam........................................................25
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.................................................................................... 30
B.     Saran.............................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA







BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karakteristik adalah watak,sifat,sifat yang khas atau yang membedakan satu dengan yang lainnya. Dalam bahasa Indonesia karakter bararti sifat yaitu rupa atau keadaan yang tampak pada suatu benda ,atau kata  yang menyatakan keadaan sesuatu seperti panjang ,keras,dan besar. Jadi karakter ajaran Islam adalah sifat-sifat  khas Islam itu sendiri yang menjadi pembedanya dengan agama lain dalam meyakinkan pemeluk-pemeluknya.
Kalau berbicara karakter,maka kita harus tahu bagaimana sifat pribadinya,dengan mengenal sedekat mungkin,jangan dari sampulnya saja. Begitu juga dengan Islam. Islam tidak bisa dinilai hanya dari sampulnya saja,Islam mempunyai kekhasan ajaran-ajaran yang apabila dibandingkan dengan kepercayaan lain maka disanalah akan tampak keunggulan dan keunikkan ajaran Ilahi Rabbi ini. Banyak orang yang hanya memandang Islam dari luarnya saja,bahwa Islam itu Taqlid,keras,terorismedan lain-lain sehingga membuat ia meragukan agama yang diridhoi Allah ini. Yang mana Itu semua ternyata bertolak belakang dari ajaran Islam yang sesungguhnya.Maka dari itu,mudah-mudahan makalah ini dapat dipahami dengan baik untuk mengenal karakteristik ajaran Islam.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Karakteristik ajaran islam
Karakteristik berasal dari bahasa Inggris, “Character”, yang berarti watak, karakter, dan sifat. Selanjutnya, kata ini menjadi Characteristik yang berarti sifat yang khas, yang membedakan antara satu dengan yang lainnya. Dalam bahasa Indonesia, character berarti sifat yaitu rupa atau keadaan yang tampak pada suatu benda. Atau kata yang menyatakan keadaan sesuatu seperti panjang, keras, dan besar.[1] Sedangkan islam mempunyai arti agama yang diajarkan Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada Al-quran dan diturunkan di dunia ini melalui wahyu Allah[2]. Dari defenisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa karaktker ajaran Islam adalah sesuatu karakter yang harus dimiliki oleh setiap umat manusia dengan berpedoman pada Al-Quran dan hadis.
Sebagai muslim, kita tentu ingin menjadi muslim yang sejati. Untuk itu, seorangmuslim harus menjalankan ajaran Islam secara kaffah (total, menyeluruh), bukan hanya mementingkan satu aspek dari ajaran Islam lalu mengabaikan aspek yang lainnya. Oleh karena itu, pemahaman kita terhadap ajaran Islam secara syamil (menyeluruh) dan kamil (sempurna) menjadi satu keharusan.Disinilah letak pentingnya kita memahami karakteristik atau ciri-ciri khas ajaran Islam dengan baik.
Macam-Macam Karakteristik Ajaran Islam
Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Khasaais Al-Ammah Lil Islam menyebutkan bahwa karakteristik ajaran Islam itu terdiri dari tujuh hal penting yang tidak terdapat dalam agama lain, dan ini pula yang menjadi salah satu sebab mengapa hingga sekarang ini begitu banyak orang yang tertarik kepada Islam sehingga mereka menyatakan diri masuk ke dalam Islam. Ini pula yang menjadi sebab, mengapa hanya Islam satu-satunya agama yang tidak "takut" dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, ketujuh karakteristik ajaran Islam sangat penting untuk kita pahami[3].
1.     Robbaniyyah.
Allah Swt merupakan Robbul alamin (Tuhan semesta alam), disebut juga dengan Rabbun nas (Tuhan manusia) dan banyak lagi sebutan lainnya. Kalau karakteristik Islam itu adalah Robbaniyyah, itu artinya bahwa Islam merupakan agama yang bersumber dari Allah Swt, bukan dari manusia, sedangkan Nabi Muhammad Saw tidak membuat agama ini, tapi beliau hanya menyampaikannya. Karenanya, dalam kapasitasnya sebagai Nabi, beliau berbicara berdasarkan wahyu yang diturunkan kepadanya, Allah berfirman dalam Surah An-Najm : 3-4
$tBurß,ÏÜZtƒÇ`tã#uqolù;$#ÇÌÈ÷bÎ)uqèdžwÎ)ÖÓórur4ÓyrqãƒÇÍȼçmuH©>tã߃Ïx©3uqà)ø9$#ÇÎÈ
 dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).. yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.


Karena itu, ajaran Islam sangat terjamin kemurniannya sebagaimana Allah telah menjamin kemurnian Al-Qur'an, Allah berfirman dalam Surah Al-Hijr : 9
$¯RÎ)ß`øtwU$uZø9¨tRtø.Ïe%!$#$¯RÎ)ur¼çms9tbqÝàÏÿ»ptm:ÇÒÈ
 yang artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya."

Disamping itu, seorang muslim tentu saja harus mengakui Allah Swt sebagai Rabb (Tuhan) dengan segala konsekuensinya, yakni mengabdi hanya kepada-Nya sehingga dia menjadi seorang yang rabbani dengan artian memiliki sikap dan prilaku dari nilai-nilai yang datang dari Allah Swt, Allah berfirman dalam Surah Al-Imran : 79
$tBtb%x.@t±u;Ï9br&çmuŠÏ?÷sリ!$#|=»tGÅ3ø9$#zNõ3ßsø9$#urno§qç7Y9$#ur§NèOtAqà)tƒÄ¨$¨Z=Ï9(#qçRqä.#YŠ$t6ÏãÍk<`ÏBÈbrߊ«!$#`Å3»s9ur(#qçRqä.z`¿ÍhŠÏY»­/u$yJÎ/óOçFZä.tbqßJÏk=yèè?|=»tGÅ3ø9$#$yJÎ/uróOçFZä.tbqßâôs?ÇÐÒÈ

yang artinya: "Tidak wajar bagi manusia yang Allah berikan kepadanya Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia, 'hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku, bukan penyembah Allah', tapi dia berkata, 'hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan kamu tetap mempelajarinya."
2.     Insaniyyah.
Islam merupakan agama yang diturunkan untuk manusia, karena itu Islam merupakan satu-satunya agama yang cocok dengan fitrah manusia. Pada dasarnya, tidak ada satupun ajaran Islam yang bertentangan dengan jiwa manusia. Seks misalnya, merupakan satu kecenderungan jiwa manusia untuk dilampiaskan, karenanya Islam tidak melarang manusia untuk melampiaskan keinginan seksualnya selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.

Prinsipnya, manusia punya kecenderungan untuk cinta pada harta, tahta, wanita dan segala hal yang bersifat duniawi, semua itu tidak dilarang di dalam Islam, namun harus diatur keseimbangannya dengan kenikmatan ukhrawi, Allah berfirman dalam Surah Al-Qashash : 77
Æ÷tGö/$#ur!$yJÏùš9t?#uäª!$#u#¤$!$#notÅzFy$#(Ÿwurš[Ys?y7t7ŠÅÁtRšÆÏB$u÷R9$#(`Å¡ômr&ur!$yJŸ2z`|¡ômr&ª!$#šøs9Î)(ŸwurÆ÷ö7s?yŠ$|¡xÿø9$#ÎûÇÚöF{$#(¨bÎ)©!$#Ÿw=ÏtätûïÏÅ¡øÿßJø9$#ÇÐÐÈ

 yang artinya:"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu di dunia dan berbuat baikklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
3.     Syumuliyah.
Karakteristik ajaran Islam yang bersifat Syumuliah dapat dilihat dari segi kedudukannya atau perbandingannya dengan agama-agama samawi lainnya, yakni bahwa ajaran islam adalah agama yang terakhir, yang melengkapi dan menyempurnakan agama-agama samawi yang sebelumnya itu. Jika islam diibaratkan sebagai  sebuah bangunan, maka agama-agama lainnya ada yang membawa lantainya, dindingnya, gentingnya, tiangnya, dan sebagainya, maka agama islam membawa semuanya dan mengkonstruksinya menjadi sebuah bangunan yang kokoh[4].
Selanjutnya, jika agama-agama samawi lainnya hanya mengandung ajaran yang berkenaaan dengan aspek tertentu saja, aspek aqidah, ibadah, atau akhlak. Maka ajaran Islam  tidak hanya mengutamakan satu aspek lalu mengabaikan aspek lainnya. Kelengkapan ajaran Islam itu nampak dari konsep Islam dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari urusan pribadi, keluarga, masyarakat sampai pada persoalan-persoalan berbangsa dan bernegara.
Hal ini sejalan dengan hadist Nabi SAW:
ليس بخيركم من ترك دنياه لاخرته ولا اخرته لدنياه حتى يصيب منهما جميعا فان الدنيا بلاغ الى الاخرة ولا تكونوا كلا على الناس.( رواه ابن عساكير عن انس)
Bukanlah orang terbaik diantara kamu sekalian, orang yang meninggalkan urusan dunia, karena hanya mementingkan urusan akhirat saja, atau meninggalkan urusan akhirat karena hanya mementingkan urusan dunia saja, melainkan yang baik itu adalah yang mementingkan kedua-duanya, karena dunia adalah sarana untuk mencapai kebahagiaan akhirat dan janganlah kamu menjadi beban manusia.(HR.Ibn Asakir dari Anas r.a)[5]
Kesyumuliyahan Islam tidak hanya dari segi ajarannya yang rasional dan mudah diamalkan, tapi juga keharusan menegakkan ajaran Islam dengan metodologi yang islami. Karena itu, di dalam Islam kita dapati konsep tentang dakwah, jihad dan sebagainya. Dengan demikian, segala persoalan ada petunjuknya di dalam Islam, Allah berfirman dalam Surah An-Nahl : 89
tPöqtƒurß]yèö7tRÎûÈe@ä.7p¨Bé&#´Îgx©OÎgøŠn=tæô`ÏiBöNÍkŦàÿRr&($uZø¤Å_uršÎ/#´Íky­4n?tãÏäIwàs¯»yd4$uZø9¨tRuršøn=tã|=»tGÅ3ø9$#$YZ»uö;Ï?Èe@ä3Ïj9&äóÓx«YèdurZpyJômuur3uŽô³ç0urtûüÏJÎ=ó¡ßJù=Ï9ÇÑÒÈ

yang artinya: "Dan Kami turunkan kepadamu al kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri."
4.     Al Waqi'iyyah.
Karakteristik lain dari ajaran Islam adalah al waqi’iyyah (realistis), ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang dapat diamalkan oleh manusia atau dengan kata lain dapat direalisir dalam kehidupan sehari-hari. Islam dapat diamalkan oleh manusia meskipun mereka berbeda latar belakang, kaya, miskin, pria, wanita, dewasa, remaja, anak-anak, berpendidikan tinggi, berpendidikan rendah, bangsawan, rakyat biasa, berbeda suku, adat istiadat dan sebagainya.
Disamping itu, Islam sendiri tidak bertentangan dengan realitas perkembangan zaman bahkan Islam menjadi satu-satunya agama yang mampu menghadapi dan mengatasi dampak negatif dari kemajuan zaman. Ini berarti, Islam agama yang tidak takut dengan kemajuan zaman.
5.     Al Wasathiyah.
Di dunia ini ada agama yang hanya menekankan pada persoalan-persoalan tertentu, ada yang lebih mengutamakan masalah materi ketimbang rohani atau sebaliknya. Ada pula yang lebih menekankan aspek logika daripada perasaan dan begitulah seterusnya. Allah Swt menyebutkan bahwa umat Islam adalah ummatan wasathan (umat yang pertengahan), umat yang seimbang dalam beramal, baik yang menyangkut pemenuhan terhadap kebutuhan jasmani dan akal pikiran maupun kebutuhan rohani.
Manusia memang membutuhkan konsep agama yang seimbang, hal ini karena tawazun (kesimbangan) merupakan sunnatullah. Di alam semesta ini terdapat siang dan malam, gelap dan terang, hujan dan panas dan begitulah seterusnya sehingga terjadi keseimbangan dalam hidup ini. Dalam soal aqidah misalnya, banyak agama yang menghendaki keberadaan Tuhan secara konkrit sehingga penganutnya membuat simbol-simbol dalam bentuk patung. Ada juga agama yang menganggap tuhan sebagai sesuatu yang abstrak sehingga masalah ketuhanan merupakan khayalan belaka, bahkan cenderung ada yang tidak percaya akan adanya tuhan sebagaimana komunisme. Islam mempunyai konsep bahwa Tuhan merupakan sesuatu yang ada, namun adanya tidak bisa dilihat dengan mata kepala kita, keberadaannya bisa dibuktikan dengan adanya alam semesta ini yang konkrit, maka ini merupakan konsep ketuhanan yang seimbang. Begitu pula dalam masalah lainnya seperti peribadatan, akhlak, hukum dan sebagainya.
6.     Al Wudhuh.
Karakteristik penting lainnya dari ajaran Islam adalah konsepnya yang jelas (Al Wudhuh). Kejelasan konsep Islam membuat umatnya tidak bingung dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam, bahkan pertanyaan umat manusia tentang Islam dapat dijawab dengan jelas, apalagi kalau pertanyaan tersebut mengarah pada maksud merusak ajaran Islam itu sendiri.

Dalam masalah aqidah, konsep Islam begitu jelas sehingga dengan aqidah yang mantap, seorang muslim menjadi terikat pada ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Konsep syari'ah atau hukumnya juga jelas sehingga umat Islam dapat melaksanakan peribadatan dengan baik dan mampu membedakan antara yang haq dengan yang bathil, begitulah seterusnya dalam ajaran Islam yang serba jelas, apalagi pelaksanaannya dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
7.     Al Jam'u Baina Ats Tsabat wa Al Murunnah.
Di dalam Islam, tergabung juga ajaran yang permanen dengan yang fleksibel (al jam'u baina ats tsabat wa al muruunah). Yang dimaksud dengan yang permanen adalah hal-hal yang tidak bisa diganggu gugat, dia mesti begitu, misalnya shalat lima waktu yang mesti dikerjakan, tapi dalam melaksanakannya ada ketentuan yang bisa fleksibel, misalnya bila seorang muslim sakit dia bisa shalat dengan duduk atau berbaring, kalau dalam perjalanan jauh bisa dijama' dan diqashar dan bila tidak ada air atau dengan sebab-sebab tertentu, berwudhu bisa diganti dengan tayamum. Ini berarti, secara prinsip Islam tidak akan pernah mengalami perubahan, namun dalam pelaksanaannya bisa saja disesuaikan dengan situasi dan konsidinya, ini bukan berarti kebenaran Islam tidak mutlak, tapi yang fleksibel adalah teknis pelaksanaannya.
B.     Pengertian Prinsip Ajaran Islam

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, prinsip diartiakan sebagai asas, kebenaran yang jadi pokok dasar orang berpikir, bertindak, dan sebagainya. Dalam bahasa Inggris dijumpai kata prinsiple yang diartikan asas, dasar, prinsip, dan pendirian.
Dalam bahasa Arab, kata prinsip merupakan terjemahan dari kata asas,dan jamaknya usus, yang berarti Fundation (dasar bangunan), Fundamental (yang utama), grounwork (landasa kerja), Basis (tiang utama), Keynote (kata kunci)[6].
Dengan demikian prinsip diartikan sebagai tempat yang dijadikan sandaran atau pijakan dalam membangun sesuatu, atau sebagai landasan yang digunakan untuk mengembangkan konsep atau teori.

Macam-Macam Prinsip Ajaran Islam
            Ajaran Islam sebagai ajaran yang lengkap, utuh, kukuh, konprehensif, intregratet, dan holistis memilikki prinsip-prinsip yang dijadikan landasan operasionalnya. Penjelasan secara singkat terhadap berbagai prinsip ini dapat dikemukakan sebagai berikut:[7]
1.      Sesuai dengan fitrah manusia
Kata fitrah secara harfiah berarti keadaan suci. Selain itu ada pula yang mengartikan bahwa fitrah adalah kecenderungan atau perasaan mengakui adanya kekuasaan yang menguasai dirinya dan alam jagat raya, yang disebut Tuhan.
Islam datang untuk melindungi fitrah manusia sebagaimana yang terdapat pada konsep maqoshid al-syar’iyah, yaitu melindungi jiwa, agama, akal, harta benda, dan melindungi keturunan
2.      Keseimbangan (At-Tawazun)
Hidup yang seimbang adalah hidup yang memerhatikan kepentingan jasmani dan rohani namun kekuatan rohani harus mengarahkan kekuatan jasmani. Dengan begitu berbagai aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan jasmani didasarkan pada nilai-nilai yang berasal dari Tuhan, mempertimbamgkan baik buruknya dan diabadikan untuk tujuan yang luhur.
Kehidupan yang seimbang juga berkaitan dengan usaha manusia dalam mempersiapkan bekal untuk hidup di dunia dan akhirat. Kehidupan dunia selain untuk mencari kebutuhan jasmani juga harus di pandang sebagai kesempatan untuk menyiapkan bekal untuk kehidupan akhirat.
Prinsip hidup yang seimbang telah diperintahkan oleh Allah dalam Al-qur’an sebagai berikuts
77. dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

3.      Sesuai dengan keadaan zaman dan tempat
Islam adalah agama akhir zaman. Dengan sifat yang demikian itu maka islam sebagaimana yang bersumber kepada Al-Quran dan As-Sunnah telah disebutkan sebelumnya akan terus berlaku sepanjang Zaman.
Mahmud Syaltout berpendapat bahwa islam adalah agama yang sesuia dengan waktu dan tempat (الاسلام صالح لكل زمان و مكان).
Syekh Zaky al- Yamani berpendapat, bahwa ajaran Islam sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur’an laksana sebuah benih unggul yang siap di tanam. Benih ini akan tumbuh sesuai dengan keadan cuaca alam, tanah, kesuburan, pupuk, cara menanam, memelihara, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, walaupun sumber utama ajaran islam adalah Al-Quran dan Sunah, namun dalam pemahaman dan implementasinya mengalami penyesuiaan dan perbedaan yang disesuaikan dengan keadaan perkembangan masyarakat. Namun perbedaan ini tidak sampai mengubah teks Al-Qur’an dan Hadis serta menolak hal-hal yang bersifat pasti, yakni dalam hal aqidah, ibadah, akhlak karimah.  
4.      Tidak Menyusahkan Manusia
Ajaran Islam  turun dalam rangka meningkatkan  harkat dan martabat manusia, memberi rahmat kepadanya, mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada terang benderang, dari kebiadaban menjadi beradab, dari perpecahan dan permusuhan serta peperangan, menjadi masyarakat yang bersatu, damai, harmonis, dan tolong-menolong. Dengan dasar ini, maka tidak mungkin ajaran Islalm bertujuan untuk menyusahkan manusia. Prinsip ajaran Islam yang demikian itu dapat diketahui dari hal-hal sebagai berikut:
Pertama, dalam ibadah sholat misalnya, seseorang diharuskan melakukan berbagai gerakan fisik, seperti berdiri, rukuk, dan sujud. Namun bagi orang yang fisiknya bermasalah, islam membolehkan seseorang sholat sambil duduk, berbaring, atau dengan isyarat dan hati saja.
Kedua,  sesesorang yang berada dalam kegiatan yang sangat sibuk, misalnya harus bepergian jauh, dibolehkan untuk men-jama’dan meng-qashar sholat. Demikian pula boleh untuk berbuka puasa di bulan ramadhan dan menggantinya di bulan lain.
Ketiga, seseorang yang dalam keadaan tidak memiliki bahan makanan dan minuman dan nyawanya akan terancam, maka ia dibolehkan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang semula di haramkan
                        Prinsip ajaran islam tentang tidak adanya kesulitan dalam beragama ini dijelaskan lebih lanjut dalam firman Allah SWT:
لا يكلف الله نفسا الا وسعها
                        Allah tidak akan membebankan seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya . (QS. al-Baqarah: 286)
            Namun demikian, adanya prinsip kemudahan atau tidak memberatkan manusia dalam islam sebagaimana disebutkan sebelumnya, tidak dapat dipahami bahwa seseorang yang dalam keadaan normal boleh melalaikan mengerjakan perintah Allah, atau mengerjakan asal-asalan. Seseorang yang dalam keadaan normal wajib mengerjakan perintah Allah dengan sempurna dan sesuai jadwal yang ditetapkan.
5.      Berorientasi pada masa depan
            Islam adalah agama yang mengajarkan kepada penganutnya agar masa depan keadaannya lebih baik dari masa lalu dan sekarang. Dengan prinsip ini, maka seorang Muslim akan menjadi oramg yang dinamis dan pogressif guna menyiapkan hari esok yang lebih baik
            Rasulullah SAW bersabda:
من كان عمل يومه خيرا من امسه فهو رابح, ومن كان عمل يومه سواء من امسه فهو خاسر, ومن كان عمل يومه شرا من امسه فهو ملعون(رواه مسلم)

“barangsiapa yang amal perbutannya hari ini lebih baik dari amal perbuatannyahari kemarin, maka ia termasuk orang yang beruntung; barangsiapa yang amal perbuatannya hari ini sama dengan amal perbuatan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang merugi; dan barangsiapa yang amal perbuatannya hari ini lebih buruk dari perbuatannya hari  kemarin, maka ia termasuk orang yang terlaknat.”(HR.Muslim)
6.      Keadilan
Prinsip keadilan dalam Islam merupakan, pemersatu, dan penyeimbang antara berbagai tindakan dan perbuatan yang dilakukan manusia, yang memungkinkan setiap orang akan menerimanya dengan rasa puas. Keadilan dalam Islam berlaku pada seluruh bidang kehidupan.
Berkaitan dengan keadilan ini Allah SWT berfirman:
90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

7.      Musyawarah
Di dalam Al-Qur’an , masalah musyawarah sangat dianjurkan. Misalnya firman Allah SWT:

59. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

8.      Persaudaraan
Prinsip persaudaraan dalam islam didasarkan pada unsur persamaan dari segi asal usul, proses, kebutuhan hidup, yenpat kembali, dan nenek moyang. Dengan prinsip persaudaraan ini pada tahap selanjutnya akan melahirkan sikap tolong-menolong, toleransi, dan kasih saying di antara sesama manusia. Allah SWT berfirman:


c. Persamaan ajaran Islam dengan ajaran agama lainnya
Semua agama meyakini kebenaran filosofis . Secara filosofis,kebenaran yang sebenarnya adalah satu ,tunggal,dan tidak majemuk,yakni sesuai dengan realitas. Dalam konteks agama,semua agama : yahudi,Kristen,islam,budha,hindu,termasuk aliran kepercayaan, ingin mencapai  realitas tertinggi (the ultimate reality). Kristen dan islam menerjemahkan realitas tertinggi sebagai Allah ( dengan pelafalan yang sedikit berbeda), yahudi sebagai yehova,juga dengan keyakinan yang lain[8]. Agama islam sendiri sangat meyakini kebenaran ajarannya,bahwa hanya islam lah agama yang benar ,hal ini dibuktikan dengan adanya keterangan sendiri dari tuhan melalui kitab Al-Quran. Sebaimana firman Allah :

Artinya: “sesungguhnya agama yang diridhoi disisi Allah adalah islam”[9].
Walaupun demikian,semua agama-agama maupun aliran kepercayaan mempunyai ajaran- ajaran yang tidak jauh berbeda.  Karena tergolong rumpun yang sama dengan agama samawi,maka terdapat lebih  banyak kesamaan   ajaran  agama Islam dengan Yahudi dan Nasrani dari pada kepercayaan lainnya. Beberapa persamaan ajaran Islam dengan beberapa ajaran agama lainnya diantaranya,yaitu:
1. Persamaan dalam monotheisme kepercayaan
Islam dan beberapa agama lainnya mempunyai kesamaan dalam hal yang menyangkut ketuhanan, apalagi dengan sesama agama samawi yang merupakan satu rumpun. Konsep islam ini disebut monotheisme,maksudnya  Islam hanya menyembah satu tuhan yaitu Allah swt,tuhan yang telah menciptakan bumi ini dengan segala isinya. Konsep umat islam ini dibuktikan dalam firman Allah swt:
“Allah,tidak ada tuhan(yang berhak disembah) melainkan dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluknya”. ( Ali-Imran :2)
Beberapa  agama yang lain juga meyakini satu tuhan yang mereka sembah,yahudi hanya menyembah yahwe,sedangkan agama Nasrani mengakui monoteisme akan tetapi dalam pengamalannya menggunakan konsep trinitas,sebagaimana terdapat dalam markus 12:29 :“maka,jawab yesus kepadanya,hukum yang terutama adalah dengarlah wahai Israel adapun Allah tuhan kita adalah tuhan yang esa”. Akan tetapi  Yahudi dan Nasrani mengalami perubahan yang signifikan,sehingga keberlakuan syari’at mereka dihapuskan,sehingga mereka tidak boleh lagi menjalankannya. Hindu juga memiliki keyakinan yang sama,buktinya ketuhanan menurut weda chandogya upanishaar,pasal 6 bag 2 ayat 1, :akkam avidetuim” artinya tuhan adalah satu.  Sebagian dari umat Hindu menganut kepercayaan monoteisme,tapi kebanyakan menyembah banyak tuhan (politeisme).


2.  Kepercayaan akan  adanya surga dan neraka
Surga diartikan sebagai nikmat yang sangat luar biasa.Pemuka agama meyakini bahwa buah dari ketaatan dalam beragama adalah surga. Sedangkan bagi orang yang jahat,mencuri dan hal lain yang menunjukan kedurhakaan terhadap ajaran agama baginya adalah neraka. Agama Islam menggambarkan surga dengan  segala kenikmatan di dalamnya dan dengan memberi pengharapan bahwa tinggal di dalamnya akan bahagia selama-lamanya. Sedangkan neraka diramalkan dengan segala keburukkan,siksaan dan dengan memberi  suatu ketetapan pasti bahwa siapapun yang tinggal di dalamnya akan sengsara selama-lamanya. Allah swt berfirman:
“hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu: penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar,keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(At-Tahrim :6)

             Persamaannya dengan Islam, beberapa agama lain juga menggambarkan surga dengan segala kenikmatannya,serta menggambarkan neraka dengan segala keburukkannya. Hampir semua kepercayaan sepakat bahwa neraka dimana orang yang durhaka akan tinggal di dalamnya dalam waktu yang lama,serta berbagai siksaan yang menghadang. Berbeda sedikit dengan yang lain, Hindu mempercayai adanya reinkarnasi. Reinkarnasi adalah manusia akan dilahirkan kembali ke dunia tetapi dalam bentuk lain seperti hewan,sebelumnya manusia akan melewati neraka sampai dosanya habis baru terjadi reinkarnasi.
3.  persamaan dalam anjuran untuk berbakti kepada  orang tua
    Berbakti kepada orang tua merupakan hal yang wajib dilakukan oleh umat Islam. Karena  orang tua lah yang melahirkan dan membesarkan kita. Selain itu, berbakti merupakan perintah Allah yang tertera di dalam al Quran. Dalam firmannya, Allah swt mengisyaratkan bahwa begitu beratnya menjadi orangtua,dimulai dimasa kehamilan,melahirkan, dan membesarkan. Pada fase-fase itu memerlukan pengorbanan yang tidak sedikit. Oleh karenanya,seharusnya kita sebagai anak diwajibkan untuk berbakti.
Hadis Abdullah ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho orang tua.

عَنْ عَبْدُ الله بن عَمْرٍو رضي الله عنهما قال قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: رِضَى اللهُ فى رِضَى الوَالِدَيْنِ و سَخَطُ الله فى سَخَطُ الوَالِدَيْنِ ( اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم)

Artinya: dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “ Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murka orang tua”. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim.
Tidak jauh berbeda dengan Islam,beberapa kepercayaan juga menganjurkan untuk berbakti kepada orang tua. Misalnya dalam agama Yahudi dan Kristen terdapat ajaran  berbakti kepada ibu dan bapak yang tertera dalam sepuluh perintah tuhan. Hindu juga sangat mengapresiasi orang-orang yang berbakti pada orang tuanya dengan memberi pengharapan keberkahan, umurnya panjang,diberikan kesehatan dan masih banyak lagi. Oleh karenanya, tidak salah kalau dikatakan bahwa islam memiliki perintah yang sama dengan agama atau kepercayaan lain dalam hal anjuran berbakti kepada orang tua.
4. persamaan dalam anjuran untuk berakhlak baik
Dalam Islam akhlak menduduki peran  penting dalam kehidupan manusia,menjadi standar nilai bagi suatu bangsa atau ukuran nilai pribadi seseorang. Islam memandang akhlak itu sangat penting untuk mewujudkan kedamaiandan keselamatan manusia di dunia dan akhirat. Rasulullah saw. Bersabda: “sesungguhnya aku diutus  adalah untuk menyempurnakan akhlak’. (H.R. bukhari) dan “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya”. (H.R. Tirmidzi).
Ternyata dalam agama lain seperti Yahudi terdapat konsep etika yang tertera dalam sepuluh perintah tuhan,begitu juga dengan nasrani. Agama lainnya seperti Hindu terdapat ajaran bagaimana beretika yang baik kepada orang tua dan pahala  bagi yang melakukannya.

Jadi,berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persamaan ajaran Islam lebih banyak dengan ajaran Yahudi dan Nasrani yang memang satu rumpun dari pada agama atau kepercayaan lainnya. Persamaan ajaran Islam  dengan agama lain itu diantaranya, seperti dalam konsep monotheisme,keimanan terhadap surga dan neraka,perintah untuk patuh kepada orang tua, dan berprilaku baik.


D. Perbedaan ajaran islam dengan ajaran agama lain
    Walaupun terdapat beberapa kesamaan antara ajaran islam dengan ajaran agama lain,namun Islam tetaplah Islam. Perbedaan diantara agama-agama dan aliran kepercayaan jelas sekali terlihat. Dalam beberapa peristiwa sejarah, perbedaanlah yang menjadi penyebab terjadinya peperangan diantara umat-umat beragama. Agama-agama samawi yang  merupakan satu rumpun,syari’atnya sama-sama datang dari Tuhan yang Esa, memiliki persamaan sekaligus perbedaan. Syari’at agama Yahudi dan Kristen tidak berlaku lagi,dikarenakan telah datang syari’at yang nyata dari Allah swt. sebagai pelengkap syariat-syariat sebelumnya yakni Islam. Begitu juga dengan agama Ardhi, Islam sangatlah berbeda dari mereka semua. Adapun beberapa perbedaan ajaran agama islam dengan ajaran agama lain,yakni:
1. perbedaan dalam mengimani keesaan tuhannya
 Allah mempunyai sifat-sifat wajib,mustahil dan jaiz,semuanya menunjukan kesempurnaan tuhan dan kesuciannya. Ternyata terdapat perbedaan antara Islam dan agama lain dalam hal keesaan tuhan. Dalam Islam keesaan tuhan ini meliputi zatnya. Artinya zat tuhan itu hanya satu, tidak terdiri dari beberapa oknum(dwi tunggal) seperti tuhan dalam agama Zoroaster. Atau tiga oknum dalam(trinitas/tri tunggal) seperti tuhan dalam agama Kristen atau Hindu[10].
Mempercayai keesaan Allah dalam zatnya,sifat-sifatnya dan ciptaannya adalah kepercayaan tauhid yang murni(pure monotheisme), sebagaimana  Allah swt berfirman:
öArtinya:“katakanlah dialah Allah yang maha esa. Allah adalah tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan dia”.[11]
Dalam hal ini jelas sekali terlihat perbedaan agama Islam dengan agama lainnya, karena Islam adalah monotheisme yang paling murni/asli. Bedanya dengan Yahudi adalah bahwa Yahudi mempunyai satu tuhan yang hanya teruntuk bangsa Yahudi saja. Sedangkan Islam mempunyai Allah swt yang tidak hanya sebagai tuhan nasional, tetapi juga sebagai Tuhan Internasional.

2.  Kitab wahyu Islam (Alquran) itu unik dan membedakan wajah agama ini dari agama-agama lainnya.
Kendati musuh-musuh Islam berupaya secara terpadu selama berabad-abad,mereka tidak dapat menyamai bagian kecil sekalipun dari kitab yang ajaib ini. Kelebihannya tidak hanya terletak di dalam keindahan dan kesusastraannya,melainkan di dalam kebersahahajaannya dan keluasan wawasan serta kepekaan ajarannya. Al-Qur’an memproklamirkan bahwa ajarannya adalah yang terbaik,suatu pengakuan yang tidak dibuat oleh kitab-kitab wahyu lainnya. Allah swt telah menjaga keotetikan kitab umat Islam sehingga prinsip-prinsip dasar Islam dan sumber-sumber acuannyasebagai risalah agama yang terakhir bagi umat manusia. Sehingga tidak mengalami distorsi,manipulasi dan perubahan. Sedangkan dalam agama lain telah mengalami perubahan yang diselewengkan atau telah hilang lenyap sama sekali.
Alquran mangaku telah mengkombinasikan unsur-unsur ajaran samawi yang terbaik yang terdapat di dalam kitab-kitab suci terdahulu dan telah menempatkan di dalamnya semua ajaran yang abadi dan luas rangkumannya. Alquran mengingatkan:
 “Sesungguhnya inilah yang diajarkan dalam kitab-kitab terdahulu, kitab-kitab suci Ibrahim dan musa” (87:19)

3.  Islam memproklamirkan persamaan yang lengkap diantara umat manusia tanpa mengindahkan perbedaan kasta, kepercayaan, dan warna kulit. Satu-satunya tolak ukur kehormatan yang diakuinya ialah ketakwaan, bukan keturunan, kekayaan, ras dan warna kulit. Alquran mengatakan:
    “Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah ialah yang paling bertakwa diantara kalian” (49:140)

dan lagi:
    “Barangsiapa beramal saleh, baik laki-laki ataupun perempuan, sedang ia orang yang beriman-mereka akan memasuki surga, mereka akan diberi rezeki di dalamnya tanpa perhitungan”. (40:41)

         Hal ini tentu jelas sekali berbeda dengan konsep beberapa agama lain, bahwa hal-hal yang menyangkut keduniaan tidak terlalu diperhitungkan dalam Islam untuk menjalin hubungan dengan sesama manusia. Siapapun dia,dari manapun dia, asalkan dia bertakwa maka dia adalah saudara kita,dan kita wajib membantu jika dia dalam kesusahan. Sedangkan agama lain  ada yang hanya mengindahkan keyakinan yang sama dengannya seperti agama Yahudi dan ada yang memakai sistem kasta seperti agama Hindu.
Oleh karena itu,berdasarkan penjelasan diatas,dapat dimpulkaan bahwa terdapat banyak sekali perbedaan ajaran Islam dengan ajaran agama lainnya yang disebutkan di atas hanya beberapa saja. Ajaran ialam itu berdasarkan pada firman-firman Allah swt. Hal ini sebagai bukti bahwa Islam adalah agama yang sempurna sekaligus penyempurna ajaran agama lainnya.
E. Kelebihan Islam Dibanding Agama Lain

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

“Dia Yang telah mengutus Rosul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan atas seluruh agama yang lainnya meskipun orang-orang musyrikin membencinya.”

( Qs. At-Taubah : 33 dan Ash-Shoff : 9 )




الإِسْلامُ يَعْلُو وَ لا يُعْلَى


“Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkannya.” ( HR. Bukhori )

1. ‘AQIDAH KETUHANAN

ISLAM
Di dalam agama Islam masalah ‘aqidah ketuhanan terli-hat jelas pada prinsip ajaran Tauhid, yaitu hanya Alloh semata Tuhan seluruh alam semesta, sehingga yang ber-hak untuk disembah pun hanya Alloh semata.

YAHUDI
Agama Yahudi meyakini keesaan Alloh dalam ketuhanan Nya, namun umat Yahudi meyakini bahwa Alloh memili ki putera, yaitu Uzair. Sehingga dalam peribadatannya se lain menyembah Alloh, mereka juga menyembah Uzair atau Ezra.
KRISTEN ( Protestan )
Agama Kristen Protestan adalah sempalan dari agama Ka tholik. Umat Protestan mengaku mengesakan Tuhan, na-mun dalam keesaan yang berbilang, yaitu Tuhan itu Esa namun terdiri dari 3 oknum, yaitu Alloh ( Tuhan Bapa ), ‘Isa atau Yesus ( tuhan anak ) dan Roh Qudus, yang ke-mudian disebut dengan Trinitas atau Tritunggal. Sehing-ga dalam peribadatannya mereka menyembah kepada se-mua oknum tuhan tersebut.
KATHOLIK
Agama Katholik adalah sempalan dari agama Ortodox. Umat Katholik mengaku mengesakan Tuhan dengan kee-saan yang berbilang yang tercermin dalam ajaran Trinitas atau Tritunggal, yaitu : Tuhan Bapa, tuhan anak dan Roh Qudus. Selain itu mereka juga menyembah Bunda Maria.
HINDU
Agama Hindu menetapkan Tuhan tertingginya adalah Is-wara atau Trimurti yang terdiri dari Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa. Namun dalam peribadatannya umat Hindu terbelah-bagi, sebagian ada aliran yang me-nyembah Brahma, ada yang menyembah Wisnu dan ada pula yang menyembah  Siwa. Agama Hindu Bali ( Gama Bali ) termasuk yang menyembah Siwa. Selain itu mere-ka juga menyembah dewa-dewi lainnya yang jumlahnya sangat banyak.
BUDHA
Agama Budha pada asalnya hanya merupakan ajaran fil-safat kehidupan. Namun sepeninggal Sidharta Gautama agama Budha mulai berbicara mengenai ketuhanan. Tu-han tertinggi menurut Umat Budha adalah Sang Hyang Adhi Budha. Selain itu, umat Budha mengimport pula de wa-dewi yang lainnya baik yang berasal dari agama Hin-du atau dari ajaran Animisme China. Dan dalam perkem-bangannya, Shidarta Gautama dan orang-orang suci yang dianggap telah mencapai derajat kebudhaan ikut pula di-sembah.

2.KENABIAN

ISLAM
Agama Islam meyakini bahwa sosok para nabi adalah pri badi pilihan yang terjaga dari segala macam sifat tercela, bahkan sebelum mereka diangkat menjadi nabi. Namun demikian, para nabi adalah manusia biasa yang tidak me-miliki sifat-sifat ketuhanan.
YAHUDI
Agama Yahudi banyak memberikan sifat-sifat yang tercela kepada para nabi, seperti : pemabuk, pezina, mata ke-ranjang dan lain-lain, baik sebelum maupun setelah men-jadi nabi. Bahkan mereka tak segan-segan membunuh pa ra nabi yang tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka.
KRISTEN ( Protestan )
Agama Kristen Protestan membolehkan seorang nabi me miliki masa lalu yang buruk, sebagaimana Rosul Paulus yang mantan musuh besar Nabi ‘Isa.
KATHOLIK
Agama Katholik selain membolehkan seorang nabi memi liki masa lalu yang buruk, mereka juga mengkultuskan para nabi, bahkan memberikan sebagian sifat Tuhan kepa dapara nabi.


HINDU
Agama Hindu tidak mengakui adanya para nabi. Mereka hanya percaya kepada para Reci yang bertapa dan menda pat wangsit berkenaan dengan agama mereka.
BUDHA
Agama Budha juga tidak mengenal adanya para nabi. Me reka hanya mengakui adanya orang-orang suci yang ber-upaya mencapai tingkat kebudhaan.
3.KITAB SUCI

ISLAM
Dalam agama Islam, kitab suci Al-Qur’an adalah firman Alloh, bukan buatan atau rekaan Nabi Muhammad shol- lallohu ‘alaihi wa sallam yang mesti diriwayatkan secara mutawatir sebagaimana aslinya. Ada pun perkataan Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah hadits, yang hadits pun mesti diriwayatkan secara shohih atau hasan.
YAHUDI
Dalam agama Yahudi, kitab suci mereka telah musnah ke tika perkampungan mereka diserbu oleh Bukhtunshir. P
enulisan kembali kitab TAURAT dan TALMUD tidak lagi diketahui penulisnya dan waktu penulisannya.
KRISTEN ( Protestan)
Dalam agama Kristen Protestan, kitab suci mereka yaitu Injil versi King James, tidak lagi orisinil. Di samping pe-riwayatannya yang tidak mutawatir, bahkan tidak shohih, yang berbahasa aslinya pun tidak lagi diketahui. Bahkan dimungkinkan bagi mereka untuk melakukan revisi pada Injil-Injil-nya tersebut.
KATHOLIK
Dalam agama Katholik, kitab suci mereka yaitu Injil ver-si Douay tidak lagi orisinil. Karena periwayatannya yang tidak mutawatir, bahkan tidak shohih, yang berbahasa as-linya pun tidak lagi diketahui. Selain itu, Injil versi Katho
- lik banyak mengalami penambahan yang tidak ada pada Injil versi Protestan.
HINDU
Kitab suci agama Hindu yaitu Veda, tidak hanyalah kidung-kidung gubahan para reci dan pertama yang dibuku kan tanpa diketahui penulis dan waktu ditulisnya. Bahkan tidak semua orang Hindu diizinkan mendengar dan membaca kitab Veda, yaitu Kasta Brahmana, Ksatria dan Waisya. Sedangkan kasta Sudra dan Paria dilarang keras mendengarkan Veda.
BUDHA
Kitab suci agama Budha yaitu Tripitaka hanya khutbah-khutbah Sidharta Gautama yang ditulis ¾ abad sepening-gal Sidharta, itu pun belum lengkap. Ditulis baru secara lengkap sekitar 4 abad setelah meninggalnya Sidharta.

F. Ruang Lingkup Islam Sebagai Ajaran Universal
Islam sebagai ajaran yang haq dan sempurna hadir di bumi diperuntukkan untuk mengatur pola hidup manusia agar sesuai fitrah kemanusiaannya, yakni sebagai khalifah di muka bumi dengan kewajiban mangabdikan diri semata-mata ke hadirat-Nya.
Islam sebagai ajaran universal sangatlah menjunjung tinggi nilai kemasyarakatan, dimana Islam memiliki ajaran yang cocok untuk seluruh kalangan masyarakat dimanapun ia tinggal (tempat) dan sampai kapanpun (zaman).
       Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa, nabi-nabi sebelum NabiMuhammad Saw., diutus Allah Swt. untuk menghadapi kaum mereka masing-masing. Misalnya saja Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa yang diutus oleh Allah kepada Bani Israil. Atau Nabi Shaleh yang khusus diutus Allah untuk kaum Tsamud, seperti yang tertera dalam surat Al-Naml ayat 45:
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَااِلَى ثَمُوْدَاَخَاهُمْ صَلِحًااَنِ اعْبُدُ فَاِذَاهُمْ فَرِيْقَنِ يختصمون
Artinya: “Sesungguhnya kami telah mengutus kepada (kaum) Tsamud saudara mereka Shaleh (yang berseru): “Sembahlah Allah.” Tetapi tiba-tiba mereka (menjadi) dua golongan yang bermusuhan.”[2]
Ayat di atas ialah salah satu contoh ayat al-Qur’an yang menerangkan bahwa setiap nabi diutus khusus untuk kaumnya, kecuali Nabi Muhammad SAW.. Adapun Nabi Muhammad diutus untuk seluruh umat manusia sebagaimana yang telah disebutkan pada surat Al-Saba’ ayat 28:
وَمَا اَرْسَلْنَكَ اِلاَّ كَاّفّةً لِلنَّاسِ بَشِيْرًاوَّنَذيْرًاوَّلَكِنَّ اَكْثَرَالنَّا سِ لاَيَعْلَمُوْنَ
Artinya: “Tidaklah kami utus engkau kecuali untuk membawa kabar baik dan peringatan bagi seluruh manusia, tetapi kebanyakan orang tidak tahu.”[3]
Sabagai agama universal, Islam mengandung ajaran-ajaran dasar yang berlaku untuk semua tempat dan zaman. Ajaran-ajaran dasar yang bersifat universal, absolut, mutlak benar, kekal, tidak berubah dan tidak boleh diubah itu – jumlahnya menurut para ulama- hanya kurang lebih 500 ayat atau kurang lebih 14 % dari seluruh ayat Al-qur’an. Perincian tentang maksud dan pelaksanaan ajaran-ajaran dasar yang terkandung dalam Al-qur’an itu disesuaikan dengan  situasi dan kondisi tempat dan zaman tertentu. Dengan demikianlah timbullah aliran-aliran dan mazhab-mazhab dalam ajaran-ajaran Islam.
Dalam akidah atau teologi, timbul lima aliran, yaitu: Khawarij, Murji’ah, Mu’tazilah dan Asy’ariyah, serta Maturidiyah. Dalam fiqih atau hukum Islam, muncul empat mazhab: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali. Dalam politik lahir tiga aliran; Sunni, Khawarij, dan Syi’ah. Dalam tasawuf tampil dua aliran: Sunni dan Syi’ah. Dalam filsafat timbul aliran Al-Ghazali, aliran Al-Farabi, dan Ibn Rusyd. Aliran dan mazhab yang berbeda-beda itu timbul sesuai dengan situasi dan kondisi tempat serta zaman masing-masing.
Karena semuanya adalah penafsiran dan penjabaran dari ajaran-ajaran dasar al-Qur’an, maka semuanya berada dalam kebenaran. Tidak dibenarkan bahwa hanya satulah dari mazhab dan aliran yang berbeda-beda itu yang benar dan yang lainnya salah. Mengenai kenyataan ini hadist Nabi mengatakan: “perbedaan di kalangan umatku adalah rahmat”.
Kecenderungan manusia berbeda-beda, maka dalam aliran dan mazhab yang berbeda-beda itu, orang bisa menjumpai yang cocok dengan dirinya. Dalam hal itu, semuanya dalam kebenaran, sehingga Islam yang dasarnya satu, yaitu al-Qur’an-berbeda-beda coraknya. Belakangan timbul istilah ‘Islam Mesir’, ‘Islam Saudi Arabia’, ‘Islam Iran’, ‘Islam Pakistan’, ‘Islam Indonesia’, ‘Islam Malaysia’, dan sebagainya. Yang dimaksud dengan istilah-istilah itu adalah bahwa di dalam Islam terdapat ajaran-ajaran yang bersifat universal, tetapi penafsiran dan cara pelaksanaan ajaran-ajaran universal itu berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain.
Kebudayaan setempat besar pengaruhnya pada penafsiran dan pelaksanaan ajaran-ajaran pokok yang bersifat unversal itu. Sebagai contoh dapat disebut pelaksanaan kewajiban berpuasa bulan Ramadlan. Di Indonesia malam-malam Ramadlan diisi dengan shalat tarawih beramai-ramai sehingga masjid-masjid ramai dengan jama’ah. Tetapi setelah itu orang pergi tidur seperti biasa. Di dunia Arab malam-malam Ramadhan berubah, menyerupai siang. Kegiatan di dalam dan di luar rumah berlangsung sampai subuh. Idul fitri di Indonesia dirayakan dengan halal bihalal, dan di Mesir dirayakan dengan beramai-ramai berkunjung ke kuburan keluarga masing-masing. Di kuburanlah ucapan saling memaafkan disampaikan. Di Indonesia hukum fiqih yang umum dipakai adalah hukum fiqih Imam Syafi’i, tetapi di Mesir  umapamanya, keempat hukum fiqih (Syafi’i, Maliki, Hanafi, dan Hambali) telah dipakai.
Di indonesia, toleransi bermazhab kurang dijumpai hingga sering terjadi pertentangan antara masing-masing penganut mazhab, sedangkan di Mesir pertentangan mazhab-mazhab tersebut tidaklah kelihatan. Umat Islam di Indonesia menekankah ibadah sehingga keislaman seseorang dinilai dari pelaksanaan ibadahnya. Di Mesir yang ditekankan adalah iman, sehingga keislaman seeorang diukur dari keimanan melalui ucapan syahadat. Jadi, ajaran dasar Islam bersifat universal, tetapi penafsiran dan cara pelaksanaannya bercorak lokal. Inilah yang dimaksud dengan ungkapan: Islam adalah agama yang sesuai dengan semua tempat dan segala zaman.
Contoh keuniversalan ajaran Islam, ditinjau dari zaman, adalah konsep musyawarah yang disebut dalam Al-Qur’an. ayat mengatakan: Bermusyawaralah dengan mereka. Penjelasan tentang musyawarah tidak ada dalam Al-Qur’an. Maka dalam sistem pemerintahan monarki Islam masa silam, musyawarah dilaksanakan melalui raja dengan meminta pendapat dari pembantu-pembantu dekatnya, dan setelah mempertimbangkan pendapat-pendapat itu ia kemudian mengambil keputusan.  Di zaman demokrasi pemerintah republik yang sekarang umum terdapat dalam pemerintahan Islam, musyawarah dilakukan di DPR. Dalam pada itu pengambilan keputusan berbeda-beda pula dari satu negara ke negara Islam yang lainnya. Kita di Indonesia memakai sistem mufakat, sedang di dunia Islam lain dipakai sistem suara terbanyak.
Keuniversalan Islam digambarkan juga oleh ilmu yang dikembangkan ulama Zaman Klasik, yaitu zaman antara abad ke-8 dan 13 M. Seperti dibuktikan oleh sejarah, yang dikembangkan oleh ulama Islam di zaman itu bukan hanya ilmu-ilmu seperti tafsir, hadis, fiqih, tauhid, tasawuf, dan lain-lain, tetap juga mengembangkan ilmu-ilmu keduniaan yang sekarang kita sebut sains, seperti ilmu kedokteran, matematika, astronomi, kimia, optika, geografi, dan sebagainya.
Kenyataan sejarah ini diakui oleh penulis-penulis Barat sendiri, misalnya, Alfred Guillaume ketika ia mengatakan:
“Sekiranya orang Arab bersifat ganas seperti orang Mongol dalam menghancurkan api ilmu pengetahuan… Renaisnans di Eropa mungkin akan terlambat lebih dari dari seratus tahun.”
Sementara itu Lebon menulis:
“Orang Islamlah yang menyebabkan orang-orang Eropa mempunyai peradaban. Merekalah yang menjadi guru orang Eropa selama enam ratus  tahun.”
Demikianlah universalitas ajaran Islam dan sains yang dikembangkan Islam, sehingga Islam dianut di seluruh dunia, Islam adalah agama universal yang cocok untuk semua tempat dan zaman, untuk semua manusia, bangsa, bahasa, kebudayaan, dan adat istiadat. Berbahagialah orang yang memilih Islam sebagai agamanya. Dan kita wajib memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt. atas nikmat yang dianugerahkan-Nya kepada kita.


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dengan karakteristik ajaran Islam yang demikian itu, maka sangatlah beralasan jika ada sementara orang yang berpendapat bahwa islam adalah jalan hidup yang terbaik ( Islam is the best way of life). Dengan sifatnya yang demikian itu, tidak pula berlebihan jika ada sementara pendapat yang mengatakan, bahwa di masa depan Islam akan dijadikan alternantif utama dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia.

B.     SARAN
Dengan makalah ini pembaca diharapkan dapat memahami pembahasan tentang karakteristik ajaran Islam. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karenanya diharapkan masukan atau kritik/saran yang membangun sehingga kami dapat membuat karya yang lebih baik dimasa yang akan datang. Semoga makalah  ini dapat menambah keilmuan serta wawasan para pembaca dalam hal karakteristik ajaran Islam. 


  




DAFTAR PUSTAKA
1.      Abdullah Muhammad Yatimin. 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
2.      Nata Abuddin. 2011. Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Prenada Media Group
4.      Dr.Atang Abd Hakim,Dr.Jaih Mubarok.2011.Metodologi Studi Islam.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
5.      Husaini,Ahmad.2004.Konflik Yahudi,Kristen dan Islam.Jakarta: PT Gema Insani





[1] Studi Islam Komprehensif, hal. 113.
[2] Studi Islam Kontemporer, hal. 14.
3.http://pustaka.islamnet.web.id/Bahtsul_Masaail/Khutbah%20dan%20Ceramah/KARAKTERISTIK%20AJARAN%20ISLAM.htm
[4] Studi Islam Komprehensif, (hlm 114).
[5]  Mukhtar al-Hadits  al-Nabawiah , (hlm 144).
[6]  Studi Islam Komprehensif, hal. 49.
[7]Studi Islam Komprehensif, (hlm50-82)
[8]Dr. Atang Abdul Hakim,Dr.Jaih Mubarok.2011.Metodologi Study Islam.Bandung:PT Remaja Rosdakarya hlm.4
[9]Ali-imran ayat 19
[10]Husaini,Ahmad.2004.Konflik Yahudi,Kristen dan Islam.Jakarta:Gema Insani cet.1 hlm.2
[11]Surat al Ikhlas :1-4

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dzahir dan Ta'wil dalam studi ilmu ushul fiqih.

Tafsir Maudhu'i dalam perkembangan ilmu tafsir

Makalah metode tafsir Ijmali dalam studi Ilmu Tafsir