kemu'jizatan al-Qur'an dari segi balaghah





KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala,  yang telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat dan hidayah- Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita, sayyidinaa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, seorang hamba dan utusan Allah sebagai rahmat bagi sekalian alam. Tidak lupa juga kita curahkan untuk keluarga Nabi dan para sahabat Nabi, yang telah mendampingi beliau dalam menyampaikan seruan Allah. Semoga tercurah keselamatan dan kebahagiaan atas mereka. Amin.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada orang-orang yang selalu mendukung dalam mengerjakan tugas ini.
Akhir kata, penyusun menyadari bahwa  makalah ini jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat diharapkan dari pembaca.



Ciputat, 24 September 2017














Daftar isi
kata pengantar.............................................................................................................................I
daftar isi.....................................................................................................................................II
Bab I pendahuluan......................................................................................................................1
A. Latar belakang.......................................................................................................................2
B. Rumusan masalah..................................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................................2
Bab II pembahasan
A.  Ke balaghahan al-Qur’an......................................................................................................3
B. Pandangan Ulama tentang I’jaz Balaghy ..............................................................................4
C. Keunikan bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an.................................................................5
D. Urgensi atau manfaat mengetahui I’jaz Al-Qur’an dari segi balaghah.................................7
Bab III penutup
A. Kesimpulan..........................................................................................................................10
B. Saran....................................................................................................................................10
Daftar pustaka..........................................................................................................................11






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
            Al-Qur’an adalah kitab suci ummat Islam yang turun kepada rasulullah Muhammd saw melalui malaikat Jibril, sebagai bimbingan bagi ummat islam dan juga sebagai bukti kebenaran risalah yang di bawa oleh Rasulullah, juga untuk menunjukkan kemahakusaan Allah menghadapi tanggapan orang kafir yang selalu menentang kebenaran atas kenabian Rasulullah Muhammad saw.
            Terlepas dari itu al-Qur’an mengandung kelebihan-kelebihan yang bersifat melemahkan orang-orang yang menentang nya yang kemudian di sebut dengan mu’jizat. Mu’jizat inilah yang kemudian sangat melemah kan orang kafir sehingga mereka tidak mampu menandinginya, karena dari segi makna, isi, isi dan redaksi al-Qur’an berbeda dengan kitab-kitab serta syair-syair yang selama ini mereka banggakan. Ke Mu’jizatan al-Qur’an demikian jelas setelah mereka tidak mampu dan tidak akan di mampukan untuk membuat tandingannya. Begitulah ke Mu’jizatan al-Qur’an dari segi bahasa dan lafaznya yang di turunkan kepada kalangan orang Arab, yang meskipun turun dalam bahasa mereka sendiri mereka tidak mampu menandinginya.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagainmana kebalagh-an al-Quran?
2.      Bagaimana pandangan ulama tentang balaghah al-Qur’an?
3.      Bagaiman ke unikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an?

C.              Tujuan
1.      Mengetahui kemu’jizatan al-Qur’an dari segi balagha nya




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Ke-balagha-an Al-Qur’an
Struktur bahasa al-quran adalah salah satu dari sekian banyak ciri khas gaya Al-Quran yang membuat bangsa Arab tidak mampu meniru dan menyainginya. Kalimat terdiri dari tiga unsur: Huruf-huruf yang berasal dari sekumpulan bunyi,kata-kata yang tersusun dari huruf-huruf,dan kalimat yang tersusun dari kata-kata. Issa j. Boullata menekankan bahwa rahasia mukjizat al-Qur’an mencakup ketiga unsur tersebut.
Macam-macam ke-balaghah-an (efektifitas) terkandung dalam struktur yang sehat, susunan yang indah,dan rangkaian yang bagus. Setiap kalimat yang baligh (efektif) menjadi baligh karena macam-macam ke-balaghan itu,meski pada sebagian besar kalimat tingkatnya berbeda-beda.
Salah satu perbedaan yang mencolok antara jenis-jenis efektifitas bahasa Al-Qur’an dengan jenis-jenis efektifitas yang ada pada bahasa (perkataan) lain adalah bahwa segala unsur ke-balaghah-an yang ada di dalam struktur bahasa al-Qur’an memang dibutuhkannya secara alami. Ke-balaghah-an yang ada di dalamnya seolah-olah merupakan salah satu segi rangkaian huruf. Satu huruf dalam tempatnya di dalam al-Qur’an adalah mukjizat. Huruf itu memegang kata tempat ia berada, dan melalui kata memegang ayat,kemudian melalui ayat memegang ayat-ayat yang lain.[1] Itulah kemukjizatan kalimatnya yang bersifat abadi;berada diatas kemampuan dan hasil usaha manusia. jadi rahasia kemukjizatan itu terdapat dalam nazhm (struktur),struktur ada tiga: huruf,kata,dan kalimat.
Huruf,Bunyi Struktur Huruf, dan Bunyi Al-Qur’an
Bahasa yang terdapat di dalam Al-Qur’an tidak dapat terkalahkan bahkan oleh ahli retorika bangsa Arab sekalipun. Ketika dibacakan al-Qur’an kepada mereka, mereka mendapatkan huruf-huruf yang ada dalam kata-katanya dan kata-kata yang ada dalam kalimat-kalimatnya dalam wujud lagu bahasa yang sangat indah. Karena keserasian dan kekompakannya, bagaikan sepenggal lagu sementara pembacanya adalah pelantunnya. Pada saat itu juga, mereka menyadari bahwa manusia mempunyai keterbatasan yang sangat terhadap bahasa itu. Salah seorang dari mereka yang berusaha menyaingi al-Qur’an,seperti Musailamah al-Kadzdzab,memilih untuk merangkai apa yang disangkanya jalinan musikal atau bagian dari hal itu, dan mengesampingkan eksploitasi bahasa,gaya,seni keindahan,dan seluk-beluk konstruksi susatra.
Struktur musical yang ada dalam al-qur’an memperlihatkan suatu konsep yang tinggi, ke-balaghah-an yang menjadi mukjizatnya secara alami. Bahasanya dalam rangkaian huruf-huruf yang dibuat dengan mempertimbangkan bunyi,makhraj,dan keserasian antara satu huruf dengan huruf lainnya secara alami dalam hams(bisik), jahr(terang), syiddah(kencang), rakhawah (longgar),  tafkhim(tebal), tarqiq(tipis).
Kata dan Huruf
Menurut hakikat terminologis,kata adalah suara jiwa,karena menyelimuti sepenggal makna,hingga menjadi khusus untuknya dari suatu segi korelasi yang diketahui oleh jiwa dari akar terminology,ketika satu kata dilepaskan dari susunan kalimat. Susastra merangkai bunyi bukan untuk melatih hati atau melemaskan kerongkongan,tetapi untuk melukiskan gambaran-gambaran psikologis di alam dan melukiskan gambaran-gambaran alamiah di dalam jiwa. Apabila suatu bunyi atau kata itu tidak mempunyai korelasi dengan jiwa,seperti tidak berbicara,tidak saling memandang tidak memberikan bahan pemikiran dengan jiwa,maka tidak ada akan bermanfaat sama sekali,tujuannya akan terputus.
Satu hal yang paling menakjubkan terkait dengan perasaan yang tampil dalam kata-kata al-Qur’an adalah bahwasanya ia tidak boros dan tidak menguras energi jiwa, tetapi hemat dalam mengeluarkan segala jenis pengaruh, hingga jiwa itupun tidak merasa sesak,tidak lari,dan tidak bosan.
Salah satu prinsip dasar dalam struktur al-Qur’an adalah dipertimbangkannya huruf sesuai dengan bunyi,harakat, dan kedudukannya terhadap makna. Oleh karenanya tidak mungkin mengandung sesuatu yang bisa dikatakan sebagai huruf tambahan, huruf tak beraturan,frasa sisipan,atau apa yang bisa disebut dengan masa jeda, sebagaimana ditemukan dalam gaya bahasa para pujangga.
Kalimat dan kata-kata
Kalimat adalah ekspresi dari perkataan,juga gambaran psikologis dari komposisi alamiah. Dengan kalimat, manusia mengubah materi yang ada di alam menjadi makna yang dilukiskannya di dalam dirinya, hingga jiwa pun bisa melihat dan merasakan materi yang terlukiskan itu, sementara,bisa jadi tidak  terlihat oleh pembicara yang memberinya tujuan tertentu dalam pembicaraan.
Gaya bahasa al-Qur’an yang mengandung mukjizat itu adalah sebab utama kelestarian bahasa Arab dan penggalian ilmu-ilmunya. Asal-muasalnya ialah dari tantangan. Hikmah dari tantangan itu adalah  timbulnya dorongan untuk untuk meneliti gaya bahasa dan strukturnya,merenungkan metodenya, menyatakannya sendiri dan menimbangnya,hingga ketika mereka yakin benar-benar tidak mampu, tergugahlah orang-orang yang datang kemudian untuk memahami segi-segi kemukjizatan, dari sini seni-seni retorika tersingkap, dan mereka pun mulai giat meneliti bahasa arab dan menyingkapkan keindahan-keindahannya.[2]

B.     Pandangan Ulama tentang I’jaz Balaghy
Para ulama Balaghah memberikan komentar dan pandangan beragam seputar hal ini, diantaranya adalah khothoby2 mengemukakan bahwa kemukjizatan Al Qur’an terletak pada Balaghahnya, apa yang ada dalam perkataan dari pesona, perasaan pendengar, kelembutan dalam hati, adan apa yang membedakannya dengan keindahan dan keriangan, serta membekas dalam hati. Setiap manusia menurut beliau kesulitan untuk mendatangkan satu contoh semisal Al Qur’an, hal ini disebabkan pengetahuan mereka terbatas tentang nama-nama bahasa, lafazh- lafazh yang terkandung makna di dalamnya, pemahaman mereka tidak menyentuh semua makna yang ada di balik lafazh-lafazh tersebut, serta pengetahuan mereka tidak sempurna dalam merangkai kata, dan menghubungkan antar satu kata dengan kata lainnya.
Apa yang dikemukakan oleh Khothoby di atas adalah menegaskan bahwa pilar balaghah terkumpul dalam memposisikan suatu kata pada tempat yang tepat, sebab apabila diletakkan tidak pada tempatnya, maka akan berimplikasi pada berobahnya arti dan rusaknya perkataan, serta hilangnya keindahan dan Balaghah yang terdapat pada kata tersebut. Maka ketelitian dalam pendiksian yang sesuai dengan makna yang dimaksud adalah merupakan salah satu prinsif utama dalam merealisasikan balaghatul kalam.
Menurut Az Zarqani kata I’jaz Al-Qur’an bentuk murokkab idopi artinya dari asfek asal bahasa adalah kata I’jaz Al Qur’an yang mengandung arti: pengokohan Al Qur’an sebagai sesuatu yang mampu melemahkan berbagai tantangan untuk menciptakan karya sejenis. Dengan demikian, Al Qur’an sebagai mu’jizat bermakna bahwa Al Qur’an merupakan sesuatu yang mampu melemahkan tantangan menciptakan karya serupa dengannya.
Al Qur’an di tinjau dari asfek bahasa memiliki uslub yang indah dan menarik, bahasa Al Qur’an mempunyai karekteristik tinggi. Bangsa Arab pada waktu Al Qur’an diturunkan dapat mengetahui kemukjizat Al Qur’an melalui fitrah yang mereka miliki, hal ini dikarenakan tingkat bahasa mereka yang tinggi pada saat itu, seperti yang diungkap oleh salah satu tokoh Quraisy yang bernama Al Walid bin Al Mughirah dengan nada takjub.
Menurut Ar Rumani. bahwa balaghah Al Qur’an merupakan kategori level balaghah tertinggi, dan ia tidak hanya sekedar memahamkan arti, lafal dan makna, akan tetapi lebih dari itu yaitu dengan menghubungkan makna ke dalam hati dengan ilustrasi yang baik. Senada dengan pandangan para ulama di atas Al Mathani mengatakan bahwa kei’jazan Al Quran dapatdilihat dari empat aspek. Keempat asfek itu adalah mazhab shorfah, I’jaz ilmi, ijaz tasyri, dan I’jaz bayani adabi5.
Musthofa Sodiq6 menjelaskan bahwa Al Qur’an memiliki nilai mu’jizat dengan pengertian mukjizat yang sesungguhnya. Ia sama dengan tanda kebesaran tuhan, serta memiliki pengaruh terhadap jiwa manusia. Menurut beliau ketika Al Qur’an diturunkan, bangsa Arab tengah berada pada puncak peradaban bahasa (sastra) yang sebelumnya tidak pernah mereka capai ini sesungguhnya merupakan penegas dan peretas bagi kedatangan Al Qur’an. Hal ini menarik menurut beliau karena tidak ada yang lebih mengagumkan dalam sejarah umat manusia dibandingkan dengan puncak peradaban bahasa yang diakhiri dengan datangnya suatu mukjizat yang bersifat kebahasaan.
Al Rofi’I menjelaskan ada beberapa yang menjadi karakteristik yang menjadi ciri kemukjizatan Al Qur’an adalah uslub Al Qur’an berbeda dari uslub yang dikenal oleh sastrawan Arab, uslub Al Qur’an terlihat memiliki suatu pola yang teliti, dan tidak tampak sedikitpun ketidaksesuaian antara satu dengan yang lain, serta lebih fleksibel,
Banyak isyarat menunjukkan bahwa Al Qur’an tidak bias ditandingi seperti firman Allah swt (al-baqarah 23-24) Artinya: dan jika kamu tetap dalam keraguan tentang Al Qur’an yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat saja yang semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuatnya, dan pasti kamu tidak akan dapat membuatnya, peliharalah dirimu dari nerakan yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. Banyak tokoh menurut Syauqi Dhayf disebut-sebut sebagai orang yang melihat kei’jazan al- qur’an dari segi kebalaghahan mereka adalah Jahiz, Al Baqillani, serta Al Zurjani seperti yang telah dikemukakan pendapat mereka semua di atas. [3]
C.    Keunikan bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an
Pilihan Allah memilih bahasa Arab menjadi bahasa al-Qur’an bukan semata-mata karena al-Qur’an pertama kali di turunkan di tengah masyarakat yang berbahasa Arab, akan tetapi yang tidak kalah penting nya adalah karena bahasa Arab sangat unik lagi sangat kaya akan kosa kata. Kosa kata bahasa Arab pada umumnya mempunyai dasar tiga huruf mati yang dapat di bentuk dengan berbagai bentuk. Misalnya kata (قال)  yang berarti berkata, terambil dari huruf qaf (ق) , waw(و)  , dan lam  (ل). Sedang kata kalam (كلام) yang artinya pembicaraan, walaupun terdiri dari empat huruf, yaitu kaf, lam, alif, dan mim, namun sebenarnya asalnya hanya terdiri dari tiga huruf, yakni ke empat huruf di atas kecuali alif.
            Utsman Ibn Jinni seorang pakar bahasa Arab, menekankan bahwa pemilihan huruf-huruf  kosakata oleh bahasa Arab bukan suatu kebetulan, tetapi mengandung falsafah tersendiri. Misalnya dari ketiga huruf yang membentuk kata qala (قال), yakni qaf (ق) , waw (و), dan lam (ل), dapat di bentuk enam bentuk kata yang kesemuanya mempunyai makna yang berbeda-beda, namun semuanya mengandung makna dasar yang menghimpunnya.
            Contoh lainnya adalah, menurut sahabat Nabi Ibnu Abbas ra. Jika kata bala  (بلى) pada surah al-A’raf ayat 172 di tukar dengan naam (نعم), maka yang menjawab seperti itu berpotensi menjadi kafir, karena na̒am di gunakan sebagai jawaban untuk membenarkan  satu pertanyaan, baik pertanyaan itu dengan redaksi positif maupun negatif. “Bukan kah aku ini Tuhan kamu?” bila di jawab dengan na’am maka ini berarti membenarkan negasi itu, sehingga jawaban ini berarti, :”Benar engkau bukan tuhan ku”. Demikian di nukil oleh az-Zarkasyi dalam kitabnya al-Burhan fi ulumil al-Qur’an, tetapi karena redaksi jawaban pada ayat itu adalah bala yang di gunakan untuk meng iyakan dalam bentuk positif, walaupun redaksinya berbentuk negasi, maka pembenaran tersebut adalah meng iyakan pertanyaan itu setelah sebelumnya membuang bentuk negasinya. Keistimewaan lain bahasa ini adalah kecendrungannya kepada penyingkatan atau yang sering di sebut ijaz, yang tentu saja sewaktu-waktu di perlukan ithnab/berpanjang lebar, dan hanya di perlukan bila benar-benar di perlukan.
            Dari konteks dan tujuan ijaz (ايجاز) ini juga dapat di pahami bahwa dalam kalimat-kalimatnya seringkali hanya memilih salah satu jenis untuk mengambarkan yang dua jenis. Dalam ijaz pula sering kali satu kata tidak di sebut dalam satu kalimat, karena beberapa faktor dan dengan berbagai indikator. Di sisi lain itnab  (إطناف)sering kali lahir dari kebutuhan memperjelas pesan bagi mitra bicara, yang dapat mempengaruhi pemilihan kata dan merangkainya guna menjadi kalimat yang benar, bermakna, dan berkesan bagi lawan bicara. Pembicara di tuntut untukmengetahui bagaimana sikap lawan bicaranya, setelah itu baru pembicara memilih kata dan merangkainya sesuai dengan lawan bicaranya. Ini menurut pakar bahasa Arab dinamai (مقتضالحال) muqtadha al-Hal.[4]
Dalam tafsirnya  al-Qurthubi  juga menyebutkan beberapa ke unikan gaya bahasa al-Qur’an, yang di antaranya,. pertama : susunannya yang indah dan berbeda dari semua susunan bahasa Arab yang umumnya di ketahui oleh orang Arab, Karena susunan bahasa al-Qur’an bukanlah susunan syair. Demikian telah di jelaskan oleh Allah dalam firman-Nya :
$tBur çm»oYôJ¯=tæ t÷èÏe±9$# $tBur ÓÈöt7.^tƒ ÿ¼ã&s! 4 ÷bÎ) uqèd žwÎ) ֍ø.ÏŒ ×b#uäöè%ur ×ûüÎ7B ÇÏÒÈ  
69. Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.
Dalam sahaih Muslim di riwayatkan bahwa Unais saudara Abu Dzar, berkata kepada Abu Dzar,’’Aku bertemu dengan seseorang yang memeluk agamamu di Makkah, dan ia mengaku bahwa Allah telah mengutusnya.’’Abu Dzar berkata,” lalu apa yang di katakan manusia tentang dirinya?,”  Unais menjawab,” mereka mengatakan bahwa dia adalah seorang penyair, dukun, dan penyihir, Unais melanjutkan,” aku pernah mendengar perkataan dukun, namun perkataan orang itu bukanlah perkataan mereka, aku pernah mengemukakan perkataan orang itu [maksudnya adalah al-Qur’an yang di ucapkan oleh Nabi] kepada penyair yang paling fasih, namun perkataanya tidak sesuai dengan lidah seorang penyair mana pun setelah aku, demi Allah sesungguhnya dia benar-benar seorang yang jujur, dam sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.
Kedua: gaya bahasanya yang berbeda dari semua gaya bahasa orang Arab.
Ketiga: lafaznya yang melimpah, yang tidak mungkin berasal dari makhluk seperti dalam surah Qaaf                                                                 
 úX 4 Éb#uäöà)ø9$#ur ÏÉfyJø9$# ÇÊÈ   ..........
1. Qaaf[1411] demi Al Quran yang sangat mulia.
            Ibn al-Hishar berkata, “Barang siapa yang telah mengetahui bahwa Allah swt adalah yang  al-Haq, maka sesungguhnya dia telah mengetahui bahwa lafazh yang melimpah itu tidak mungkin pembicaraan Dia. Ibn Hishar menambahkan, “ ketiga kemu’jizatan ini : susunan, gaya bahasa dan lafazh yang begitu melimpah, selalu terdapat dalm setiap surah, bahkan di setiap ayat, dan setiap surah al-Qur’an dapat di bedakan dari perkataan manusia.[5]
D.    Urgensi atau manfaat mengetahui I’jaz Al-Qur’an dari segi balaghah
            Gaya bahasa Al-Qur’an yang megandung mukjizat itu adalah sebab utama kelestarian bahasa Arab dan panggilan ilmu-ilmunya. Asal-muasalnya adalah dari tantangan. Hikmah dari tantangan itu adalah timbulnya dorongan untuk meneliti gaya bahasa dan strukturnya, merenungkan metodenya, menyatakan sendiri dan menimbangnya, hingga ketika mereka yakin benar-benar tidak mampu, tergugahlah orang-orang yang datang kemudian untuk memahami segi-segi kemukjizatan. Dari sisni, seni-seni retorika tersingkap, dan mereka pun mulai giat meneliti bahasa arab dan menyingkapnya keindahan-keindahanya. Masing-masing saling meragsang dan saling mendukung, hingga seluruh materinya terkumpul dan semua unsurnya tersusun. Kalau bukan karena apa yang mereka kerjakan itu, tentu orang-orang arab sudah berubah menjadi Ajam (non-Arab), warisan susastra ini sudah hilang, dan tidak akan ada orang di muka bumi ini yang mengatkan Al-Qur’an mengandung mukjizat.[6]




















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Al-qur’an adalah kitab yang menakjubkan yang sangat kaya dengan hikmah dan keindahan bahasa yang sampai sekarang masih terjaga dan tetap di pelajari. Dari sekian banyak kelebihannya, al-Qur’an memiliki gaya bahasa yang sangat indah dan menakjubkan dalam menyampaikan pesan ilahi, dengan ke khas an bahsanya tidak seorang pun bisa meniru dan menandinginya, meskipun orang Arab sendiri yang mana disana lah al-Qur’an turn pertama kali.
B. Saran
            Sebagai manusia tidak luput dari kesalahan, kami sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, dan masih banyak terjadi kesalah di sana-sini, untuk itu dengan tangan terbuka kami sangat mengharapkan masukan dan kritikan dari saudara-saudara sekalian yang membaca makalah ini.










Daftar pustaka

Quraish shihab,M, kaidah tafsir, Jakarta, lentera hati, cetakan III Juni 2015
Al-Qurthubi, Al-jami’ li ahkam al-Qur’an, Jakarta, pustaka azzam, 2010
 Boullata,Issa j, Al-Qur’an yang menakjubkan, Tangerang : Lentera Hati, 2008
Idr.iain-antasari



[1]Issa J. Boullata,Al-Qur’an yang Menakjubkan,Tanggerang: Lentera Hati,2008,h.265
[2]Issa J. Boullata,Al-Qur’an yang Menakjubkan,Tanggerang: Lentera Hati,2008,h.284
[3] Idr.iain-antasari
[4] M.Quraish shihab. Kaidah tafsir, tangerang lentera hati, 2013, hal 37.
                [5]  Imam  al-Qurtubi,al-jami li ahkam al-Qur’an, pustaka azzam 2010, Jakarta. Hlm 185
[6] Issa J. Boullata, Al-Qur’an yang menakjubkan, (Tangerang : Lentera Hati, 2008), Hlm. 284

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dzahir dan Ta'wil dalam studi ilmu ushul fiqih.

Tafsir Maudhu'i dalam perkembangan ilmu tafsir

Makalah metode tafsir Ijmali dalam studi Ilmu Tafsir