kemu'jizatan al-Qur'an dari segi balaghah
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala,
yang telah memberikan kemudahan, karunia
dan rahmat dan hidayah- Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita,
sayyidinaa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, seorang
hamba dan utusan Allah sebagai rahmat bagi sekalian alam. Tidak lupa juga kita curahkan
untuk keluarga Nabi dan para sahabat Nabi, yang telah mendampingi beliau dalam
menyampaikan seruan Allah. Semoga tercurah keselamatan dan kebahagiaan atas
mereka. Amin.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari
bimbingan dan dukungan berbagai pihak oleh karena itu pada kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada orang-orang yang
selalu mendukung dalam mengerjakan tugas ini.
Akhir kata, penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat diharapkan dari
pembaca.
Ciputat, 24 September 2017
Daftar
isi
kata
pengantar.............................................................................................................................I
daftar isi.....................................................................................................................................II
Bab I pendahuluan......................................................................................................................1
A. Latar belakang.......................................................................................................................2
B. Rumusan masalah..................................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................................2
Bab II pembahasan
A. Ke
balaghahan al-Qur’an......................................................................................................3
B. Pandangan Ulama tentang I’jaz Balaghy ..............................................................................4
C. Keunikan
bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an.................................................................5
D. Urgensi atau manfaat mengetahui I’jaz Al-Qur’an dari segi
balaghah.................................7
Bab III penutup
A. Kesimpulan..........................................................................................................................10
B. Saran....................................................................................................................................10
Daftar
pustaka..........................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Al-Qur’an adalah
kitab suci ummat Islam yang turun kepada rasulullah Muhammd saw melalui
malaikat Jibril, sebagai bimbingan bagi ummat islam dan juga sebagai bukti
kebenaran risalah yang di bawa oleh Rasulullah, juga untuk menunjukkan
kemahakusaan Allah menghadapi tanggapan orang kafir yang selalu menentang
kebenaran atas kenabian Rasulullah Muhammad saw.
Terlepas dari itu
al-Qur’an mengandung kelebihan-kelebihan yang bersifat melemahkan orang-orang
yang menentang nya yang kemudian di sebut dengan mu’jizat. Mu’jizat inilah yang
kemudian sangat melemah kan orang kafir sehingga mereka tidak mampu
menandinginya, karena dari segi makna, isi, isi dan redaksi al-Qur’an berbeda
dengan kitab-kitab serta syair-syair yang selama ini mereka banggakan. Ke
Mu’jizatan al-Qur’an demikian jelas setelah mereka tidak mampu dan tidak akan
di mampukan untuk membuat tandingannya. Begitulah ke Mu’jizatan al-Qur’an dari
segi bahasa dan lafaznya yang di turunkan kepada kalangan orang Arab, yang
meskipun turun dalam bahasa mereka sendiri mereka tidak mampu menandinginya.
B.
Rumusan masalah
1.
Bagainmana
kebalagh-an al-Quran?
2.
Bagaimana
pandangan ulama tentang balaghah al-Qur’an?
3.
Bagaiman
ke unikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
kemu’jizatan al-Qur’an dari segi balagha nya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ke-balagha-an Al-Qur’an
Struktur bahasa al-quran adalah salah satu dari sekian banyak ciri
khas gaya Al-Quran yang membuat bangsa Arab tidak mampu meniru dan
menyainginya. Kalimat terdiri dari tiga unsur: Huruf-huruf yang berasal dari
sekumpulan bunyi,kata-kata yang tersusun dari huruf-huruf,dan kalimat yang
tersusun dari kata-kata. Issa j. Boullata menekankan bahwa rahasia mukjizat
al-Qur’an mencakup ketiga unsur tersebut.
Macam-macam ke-balaghah-an (efektifitas) terkandung dalam struktur
yang sehat, susunan yang indah,dan rangkaian yang bagus. Setiap kalimat yang
baligh (efektif) menjadi baligh karena macam-macam ke-balaghan itu,meski pada
sebagian besar kalimat tingkatnya berbeda-beda.
Salah satu perbedaan yang mencolok antara jenis-jenis efektifitas
bahasa Al-Qur’an dengan jenis-jenis efektifitas yang ada pada bahasa
(perkataan) lain adalah bahwa segala unsur ke-balaghah-an yang ada di dalam
struktur bahasa al-Qur’an memang dibutuhkannya secara alami. Ke-balaghah-an
yang ada di dalamnya seolah-olah merupakan salah satu segi rangkaian huruf.
Satu huruf dalam tempatnya di dalam al-Qur’an adalah mukjizat. Huruf itu
memegang kata tempat ia berada, dan melalui kata memegang ayat,kemudian melalui
ayat memegang ayat-ayat yang lain.[1] Itulah
kemukjizatan kalimatnya yang bersifat abadi;berada diatas kemampuan dan hasil
usaha manusia. jadi rahasia kemukjizatan itu terdapat dalam nazhm
(struktur),struktur ada tiga: huruf,kata,dan kalimat.
Huruf,Bunyi Struktur Huruf, dan Bunyi Al-Qur’an
Bahasa yang terdapat di dalam Al-Qur’an tidak dapat terkalahkan
bahkan oleh ahli retorika bangsa Arab sekalipun. Ketika dibacakan al-Qur’an
kepada mereka, mereka mendapatkan huruf-huruf yang ada dalam kata-katanya dan
kata-kata yang ada dalam kalimat-kalimatnya dalam wujud lagu bahasa yang sangat
indah. Karena keserasian dan kekompakannya, bagaikan sepenggal lagu sementara
pembacanya adalah pelantunnya. Pada saat itu juga, mereka menyadari bahwa
manusia mempunyai keterbatasan yang sangat terhadap bahasa itu. Salah seorang
dari mereka yang berusaha menyaingi al-Qur’an,seperti Musailamah
al-Kadzdzab,memilih untuk merangkai apa yang disangkanya jalinan musikal atau
bagian dari hal itu, dan mengesampingkan eksploitasi bahasa,gaya,seni
keindahan,dan seluk-beluk konstruksi susatra.
Struktur musical yang ada dalam al-qur’an memperlihatkan suatu
konsep yang tinggi, ke-balaghah-an yang menjadi mukjizatnya secara alami.
Bahasanya dalam rangkaian huruf-huruf yang dibuat dengan mempertimbangkan
bunyi,makhraj,dan keserasian antara satu huruf dengan huruf lainnya secara alami
dalam hams(bisik), jahr(terang), syiddah(kencang), rakhawah (longgar), tafkhim(tebal), tarqiq(tipis).
Kata dan Huruf
Menurut hakikat terminologis,kata adalah suara jiwa,karena
menyelimuti sepenggal makna,hingga menjadi khusus untuknya dari suatu segi korelasi
yang diketahui oleh jiwa dari akar terminology,ketika satu kata dilepaskan dari
susunan kalimat. Susastra merangkai bunyi bukan untuk melatih hati atau
melemaskan kerongkongan,tetapi untuk melukiskan gambaran-gambaran psikologis di
alam dan melukiskan gambaran-gambaran alamiah di dalam jiwa. Apabila suatu
bunyi atau kata itu tidak mempunyai korelasi dengan jiwa,seperti tidak
berbicara,tidak saling memandang tidak memberikan bahan pemikiran dengan
jiwa,maka tidak ada akan bermanfaat sama sekali,tujuannya akan terputus.
Satu hal yang paling menakjubkan terkait dengan perasaan yang
tampil dalam kata-kata al-Qur’an adalah bahwasanya ia tidak boros dan tidak
menguras energi jiwa, tetapi hemat dalam mengeluarkan segala jenis pengaruh,
hingga jiwa itupun tidak merasa sesak,tidak lari,dan tidak bosan.
Salah satu prinsip dasar dalam struktur al-Qur’an adalah
dipertimbangkannya huruf sesuai dengan bunyi,harakat, dan kedudukannya terhadap
makna. Oleh karenanya tidak mungkin mengandung sesuatu yang bisa dikatakan sebagai
huruf tambahan, huruf tak beraturan,frasa sisipan,atau apa yang bisa disebut
dengan masa jeda, sebagaimana ditemukan dalam gaya bahasa para pujangga.
Kalimat dan kata-kata
Kalimat adalah ekspresi dari perkataan,juga gambaran psikologis
dari komposisi alamiah. Dengan kalimat, manusia mengubah materi yang ada di
alam menjadi makna yang dilukiskannya di dalam dirinya, hingga jiwa pun bisa
melihat dan merasakan materi yang terlukiskan itu, sementara,bisa jadi
tidak terlihat oleh pembicara yang
memberinya tujuan tertentu dalam pembicaraan.
Gaya bahasa al-Qur’an yang mengandung mukjizat itu adalah sebab
utama kelestarian bahasa Arab dan penggalian ilmu-ilmunya. Asal-muasalnya ialah
dari tantangan. Hikmah dari tantangan itu adalah timbulnya dorongan untuk untuk meneliti gaya
bahasa dan strukturnya,merenungkan metodenya, menyatakannya sendiri dan
menimbangnya,hingga ketika mereka yakin benar-benar tidak mampu, tergugahlah
orang-orang yang datang kemudian untuk memahami segi-segi kemukjizatan, dari
sini seni-seni retorika tersingkap, dan mereka pun mulai giat meneliti bahasa
arab dan menyingkapkan keindahan-keindahannya.[2]
B.
Pandangan Ulama tentang I’jaz Balaghy
Para ulama Balaghah memberikan komentar dan pandangan beragam
seputar hal ini, diantaranya adalah khothoby2 mengemukakan bahwa kemukjizatan Al
Qur’an terletak pada Balaghahnya, apa yang ada dalam perkataan dari pesona,
perasaan pendengar, kelembutan dalam hati, adan apa yang membedakannya dengan
keindahan dan keriangan, serta membekas dalam hati. Setiap manusia menurut
beliau kesulitan untuk mendatangkan satu contoh semisal Al Qur’an, hal ini
disebabkan pengetahuan mereka terbatas tentang nama-nama bahasa, lafazh- lafazh
yang terkandung makna di dalamnya, pemahaman mereka tidak menyentuh semua makna
yang ada di balik lafazh-lafazh tersebut, serta pengetahuan mereka tidak
sempurna dalam merangkai kata, dan menghubungkan antar satu kata dengan kata
lainnya.
Apa yang dikemukakan oleh Khothoby di atas adalah menegaskan bahwa
pilar balaghah terkumpul dalam memposisikan suatu kata pada tempat yang tepat,
sebab apabila diletakkan tidak pada tempatnya, maka akan berimplikasi pada
berobahnya arti dan rusaknya perkataan, serta hilangnya keindahan dan Balaghah
yang terdapat pada kata tersebut. Maka ketelitian dalam pendiksian yang sesuai
dengan makna yang dimaksud adalah merupakan salah satu prinsif utama dalam
merealisasikan balaghatul kalam.
Menurut Az Zarqani kata I’jaz Al-Qur’an bentuk murokkab idopi
artinya dari asfek asal bahasa adalah kata I’jaz Al Qur’an yang mengandung
arti: pengokohan Al Qur’an sebagai sesuatu yang mampu melemahkan berbagai
tantangan untuk menciptakan karya sejenis. Dengan demikian, Al Qur’an sebagai
mu’jizat bermakna bahwa Al Qur’an merupakan sesuatu yang mampu melemahkan
tantangan menciptakan karya serupa dengannya.
Al Qur’an di tinjau dari asfek bahasa memiliki uslub yang indah
dan menarik, bahasa Al Qur’an mempunyai karekteristik tinggi. Bangsa Arab pada
waktu Al Qur’an diturunkan dapat mengetahui kemukjizat Al Qur’an melalui fitrah
yang mereka miliki, hal ini dikarenakan tingkat bahasa mereka yang tinggi pada
saat itu, seperti yang diungkap oleh salah satu tokoh Quraisy yang bernama Al
Walid bin Al Mughirah dengan nada takjub.
Menurut Ar Rumani. bahwa balaghah Al Qur’an merupakan kategori
level balaghah tertinggi, dan ia tidak hanya sekedar memahamkan arti, lafal dan
makna, akan tetapi lebih dari itu yaitu dengan menghubungkan makna ke dalam
hati dengan ilustrasi yang baik. Senada dengan pandangan para ulama di atas Al
Mathani mengatakan bahwa kei’jazan Al Quran dapatdilihat dari empat aspek.
Keempat asfek itu adalah mazhab shorfah, I’jaz ilmi, ijaz tasyri, dan I’jaz
bayani adabi5.
Musthofa Sodiq6 menjelaskan bahwa Al Qur’an memiliki nilai
mu’jizat dengan pengertian mukjizat yang sesungguhnya. Ia sama dengan tanda
kebesaran tuhan, serta memiliki pengaruh terhadap jiwa manusia. Menurut beliau
ketika Al Qur’an diturunkan, bangsa Arab tengah berada pada puncak peradaban
bahasa (sastra) yang sebelumnya tidak pernah mereka capai ini sesungguhnya merupakan
penegas dan peretas bagi kedatangan Al Qur’an. Hal ini menarik menurut beliau
karena tidak ada yang lebih mengagumkan dalam sejarah umat manusia dibandingkan
dengan puncak peradaban bahasa yang diakhiri dengan datangnya suatu mukjizat
yang bersifat kebahasaan.
Al Rofi’I menjelaskan ada beberapa yang menjadi karakteristik yang
menjadi ciri kemukjizatan Al Qur’an adalah uslub Al Qur’an berbeda dari uslub
yang dikenal oleh sastrawan Arab, uslub Al Qur’an terlihat memiliki suatu pola
yang teliti, dan tidak tampak sedikitpun ketidaksesuaian antara satu dengan
yang lain, serta lebih fleksibel,
Banyak isyarat menunjukkan bahwa Al Qur’an tidak bias ditandingi
seperti firman Allah swt (al-baqarah 23-24) Artinya: dan jika kamu tetap dalam
keraguan tentang Al Qur’an yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad),
buatlah satu surat saja yang semisal Al Qur’an itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika
kamu tidak dapat membuatnya, dan pasti kamu tidak akan dapat membuatnya,
peliharalah dirimu dari nerakan yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang
disediakan bagi orang-orang kafir. Banyak tokoh menurut Syauqi Dhayf
disebut-sebut sebagai orang yang melihat kei’jazan al- qur’an dari segi
kebalaghahan mereka adalah Jahiz, Al Baqillani, serta Al Zurjani seperti yang
telah dikemukakan pendapat mereka semua di atas. [3]
C.
Keunikan bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an
Pilihan Allah memilih bahasa Arab menjadi bahasa al-Qur’an bukan
semata-mata karena al-Qur’an pertama kali di turunkan di tengah masyarakat yang
berbahasa Arab, akan tetapi yang tidak kalah penting nya adalah karena bahasa
Arab sangat unik lagi sangat kaya akan kosa kata. Kosa kata bahasa Arab pada umumnya
mempunyai dasar tiga huruf mati yang dapat di bentuk dengan berbagai bentuk.
Misalnya kata (قال)
yang berarti berkata, terambil dari huruf qaf
(ق) , waw(و) ,
dan lam (ل). Sedang kata kalam (كلام) yang artinya pembicaraan, walaupun terdiri dari empat
huruf, yaitu kaf, lam, alif, dan mim, namun sebenarnya asalnya
hanya terdiri dari tiga huruf, yakni ke empat huruf di atas kecuali alif.
Utsman
Ibn Jinni seorang pakar bahasa Arab, menekankan bahwa pemilihan
huruf-huruf kosakata oleh bahasa Arab
bukan suatu kebetulan, tetapi mengandung falsafah tersendiri. Misalnya dari
ketiga huruf yang membentuk kata qala (قال),
yakni qaf (ق) ,
waw (و), dan lam (ل), dapat di bentuk enam bentuk kata yang
kesemuanya mempunyai makna yang berbeda-beda, namun semuanya mengandung makna
dasar yang menghimpunnya.
Contoh lainnya adalah, menurut sahabat Nabi
Ibnu Abbas ra. Jika kata bala (بلى) pada surah al-A’raf ayat 172 di tukar dengan naam (نعم), maka yang menjawab seperti itu berpotensi
menjadi kafir, karena na̒am di gunakan sebagai jawaban untuk
membenarkan satu pertanyaan, baik
pertanyaan itu dengan redaksi positif maupun negatif. “Bukan kah aku ini
Tuhan kamu?” bila di jawab dengan na’am maka ini berarti membenarkan
negasi itu, sehingga jawaban ini berarti, :”Benar engkau bukan tuhan ku”.
Demikian di nukil oleh az-Zarkasyi dalam kitabnya al-Burhan fi ulumil
al-Qur’an, tetapi karena redaksi jawaban pada ayat itu adalah bala
yang di gunakan untuk meng iyakan dalam bentuk positif, walaupun redaksinya
berbentuk negasi, maka pembenaran tersebut adalah meng iyakan pertanyaan itu
setelah sebelumnya membuang bentuk negasinya. Keistimewaan lain bahasa ini
adalah kecendrungannya kepada penyingkatan atau yang sering di sebut ijaz, yang
tentu saja sewaktu-waktu di perlukan ithnab/berpanjang lebar, dan hanya di
perlukan bila benar-benar di perlukan.
Dari konteks dan
tujuan ijaz (ايجاز) ini juga dapat di pahami bahwa dalam kalimat-kalimatnya
seringkali hanya memilih salah satu jenis untuk mengambarkan yang dua jenis.
Dalam ijaz pula sering kali satu kata tidak di sebut dalam satu kalimat,
karena beberapa faktor dan dengan berbagai indikator. Di sisi lain itnab
(إطناف)sering kali lahir dari kebutuhan
memperjelas pesan bagi mitra bicara, yang dapat mempengaruhi pemilihan kata dan
merangkainya guna menjadi kalimat yang benar,
bermakna, dan berkesan bagi lawan bicara. Pembicara di tuntut untukmengetahui
bagaimana sikap lawan bicaranya, setelah itu baru pembicara memilih kata dan
merangkainya sesuai dengan lawan bicaranya. Ini menurut pakar bahasa Arab
dinamai (مقتضالحال) muqtadha al-Hal.[4]
Dalam tafsirnya
al-Qurthubi juga menyebutkan
beberapa ke unikan gaya bahasa al-Qur’an, yang di antaranya,. pertama :
susunannya yang indah dan berbeda dari semua susunan bahasa Arab yang umumnya
di ketahui oleh orang Arab, Karena susunan bahasa al-Qur’an bukanlah susunan
syair. Demikian telah di jelaskan oleh Allah dalam firman-Nya :
$tBur çm»oYôJ¯=tæ t÷èÏe±9$# $tBur ÓÈöt7.^t ÿ¼ã&s! 4 ÷bÎ) uqèd wÎ) Öø.Ï ×b#uäöè%ur ×ûüÎ7B ÇÏÒÈ
69. Dan Kami tidak
mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya.
Al Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.
Dalam sahaih Muslim di riwayatkan bahwa Unais saudara Abu Dzar,
berkata kepada Abu Dzar,’’Aku bertemu dengan seseorang yang memeluk agamamu di
Makkah, dan ia mengaku bahwa Allah telah mengutusnya.’’Abu Dzar berkata,” lalu
apa yang di katakan manusia tentang dirinya?,”
Unais menjawab,” mereka mengatakan bahwa dia adalah seorang penyair,
dukun, dan penyihir, Unais melanjutkan,” aku pernah mendengar perkataan dukun,
namun perkataan orang itu bukanlah perkataan mereka, aku pernah mengemukakan
perkataan orang itu [maksudnya adalah al-Qur’an yang di ucapkan oleh Nabi]
kepada penyair yang paling fasih, namun perkataanya tidak sesuai dengan lidah
seorang penyair mana pun setelah aku, demi Allah sesungguhnya dia benar-benar
seorang yang jujur, dam sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.
Kedua: gaya bahasanya yang berbeda dari
semua gaya bahasa orang Arab.
Ketiga: lafaznya yang melimpah, yang tidak
mungkin berasal dari makhluk seperti dalam surah Qaaf
úX 4 Éb#uäöà)ø9$#ur ÏÉfyJø9$# ÇÊÈ ..........
1. Qaaf[1411] demi Al
Quran yang sangat mulia.
Ibn al-Hishar
berkata, “Barang siapa yang telah mengetahui bahwa Allah swt adalah yang al-Haq, maka sesungguhnya dia telah
mengetahui bahwa lafazh yang melimpah itu tidak mungkin pembicaraan Dia. Ibn
Hishar menambahkan, “ ketiga kemu’jizatan ini : susunan, gaya bahasa dan lafazh
yang begitu melimpah, selalu terdapat dalm setiap surah, bahkan di setiap ayat,
dan setiap surah al-Qur’an dapat di bedakan dari perkataan manusia.[5]
D.
Urgensi atau manfaat mengetahui I’jaz Al-Qur’an dari segi balaghah
Gaya bahasa Al-Qur’an yang megandung mukjizat itu adalah sebab
utama kelestarian bahasa Arab dan panggilan ilmu-ilmunya. Asal-muasalnya adalah
dari tantangan. Hikmah dari tantangan itu adalah timbulnya dorongan untuk
meneliti gaya bahasa dan strukturnya, merenungkan metodenya, menyatakan sendiri
dan menimbangnya, hingga ketika mereka yakin benar-benar tidak mampu,
tergugahlah orang-orang yang datang kemudian untuk memahami segi-segi
kemukjizatan. Dari sisni, seni-seni retorika tersingkap, dan mereka pun mulai giat
meneliti bahasa arab dan menyingkapnya keindahan-keindahanya. Masing-masing
saling meragsang dan saling mendukung, hingga seluruh materinya terkumpul dan
semua unsurnya tersusun. Kalau bukan karena apa yang mereka kerjakan itu, tentu
orang-orang arab sudah berubah menjadi Ajam (non-Arab), warisan susastra
ini sudah hilang, dan tidak akan ada orang di muka bumi ini yang mengatkan
Al-Qur’an mengandung mukjizat.[6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-qur’an adalah
kitab yang menakjubkan yang sangat kaya dengan hikmah dan keindahan bahasa yang
sampai sekarang masih terjaga dan tetap di pelajari. Dari sekian banyak
kelebihannya, al-Qur’an memiliki gaya bahasa yang sangat indah dan menakjubkan
dalam menyampaikan pesan ilahi, dengan ke khas an bahsanya tidak seorang pun
bisa meniru dan menandinginya, meskipun orang Arab sendiri yang mana disana lah
al-Qur’an turn pertama kali.
B. Saran
Sebagai manusia
tidak luput dari kesalahan, kami sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna, dan masih banyak terjadi kesalah di sana-sini, untuk itu
dengan tangan terbuka kami sangat mengharapkan masukan dan kritikan dari
saudara-saudara sekalian yang membaca makalah ini.
Daftar pustaka
Quraish shihab,M, kaidah tafsir, Jakarta, lentera hati,
cetakan III Juni 2015
Al-Qurthubi, Al-jami’ li ahkam al-Qur’an, Jakarta, pustaka azzam,
2010
Boullata,Issa j, Al-Qur’an yang
menakjubkan, Tangerang : Lentera Hati, 2008
Idr.iain-antasari
Komentar
Posting Komentar